sohpie monk porn anal xxx ass fucking videos free

RT raczilla What would happen if the Eagles and Redskins switched quarterbacks for tonight's game Anger over Jimmy Carr's joke about war amputees Telegraph ff Be careful about reading health books wine Paris restaurant of a million ducks selling 18,000 bottles source: Topix
http://www.google.com/reader/item/tag:google.com,2005:reader/item/3387167daac8f7de
ly/1SB3Qf suggested that I should follow U Work, work, work Tonight, when I throw a little alcohol on top of this sugar high, things could turn ugly I just tried on my costume for a dress rehersal & I'm thinking we're gonna need a stronger punch

Windows Live: Keep your friends up to date with what you do online.

Agus, Ini 10 Cara Meningkatkan Pengunjung Situs Anda

Agus,
ingin tahu bagaimana cara membuat situs / blog
Anda menjadi populer dan banyak dikunjungi orang?

Klik di sini untuk mengetahui caranya ==>

http://getresponse.com/click.html?x=a62b&lc=rB2Y&mc=m&s=hu2HT&y=n&


Dan jika Anda ingin belajar lebih banyak tentang cara
meningkatkan pengunjung blog, segera join di sini ==>

http://getresponse.com/click.html?x=a62b&lc=rtL9&mc=m&s=hu2HT&y=o&


Segeralah BERTINDAK untuk KESUKSESAN Anda!

=========================
Anda tidak akan pernah sukses jika Anda tidak berani melangkah,
tidak mau mengambil kesempatan dan selalu menunda untuk berbisnis.
Anda tidak akan pernah kaya tanpa melalui bahaya dan tanpa berusaha.
Ini adalah fakta kehidupan.
=========================
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Haryo Prabowo, www.uangpanas.com, 0878.2118.1351 (XL), Jakarta 11530, Indonesia

--
To unsubscribe visit:
http://getresponse.com/unsubscribe.html?x=a62b&m=CHLI&s=hu2HT&y=n&

To change your contact details visit:
http://getresponse.com/change_details.html?x=a62b&s=hu2HT&y=T&

montreal porn companies san francisco gay directory skank twat

adantley thanks Adrian i'll send u a copy Have a great day When I told finalprototype how many ppl were invited, he was convinced its a trap will check to finalize 2pm sarahjbray 20, it seems : http://www.google.com/reader/item/tag:google.com,2005:reader/item/c17d9bff5cdd5dd1
Carvertising Sales Sites The &39 cashURwheels&39 Marketplace for leveraging social media and online advertising

Windows Live: Make it easier for your friends to see what you're up to on Facebook.

Fwd: Agus, Ini Ebook GRATIS Untuk Anda!

---------- Forwarded message ----------
From: Haryo Prabowo <feedburner@haryoprabowo.com>
Date: Tue, 27 Oct 2009 22:38:42 -0400
Subject: Agus, Ini Ebook GRATIS Untuk Anda!
To: Agus <adibdmi@gmail.com>

Agus,
terima kasih telah mendaftar di newsletter
internet business dari UangPanas[dot]Com.

Sebagai tanda terima kasih dari saya, silakan
download EBOOK GRATIS dari saya yang berjudul
"36 Jurus Sukses Berbisnis Online",
secara 100% GRATIS di sini ==>

http://getresponse.com/click.html?x=a62b&lc=ryU9&mc=m&s=hu2HT&y=o&


Jangan lupa saksikan juga LIVE VIDEO bukti income saya
dari salah satu akun paypal saya miliki di sini ==>

http://getresponse.com/click.html?x=a62b&lc=rtCC&mc=m&s=hu2HT&y=K&


Segeralah BERTINDAK untuk KESUKSESAN Anda!

=========================
Anda tidak akan pernah sukses jika Anda tidak berani melangkah,
tidak mau mengambil kesempatan dan selalu menunda untuk berbisnis.
Anda tidak akan pernah kaya tanpa melalui bahaya dan tanpa berusaha.
Ini adalah fakta kehidupan.
=========================
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Haryo Prabowo, www.uangpanas.com, 0878.2118.1351 (XL), Jakarta 11530, Indonesia

--
To unsubscribe visit:
http://getresponse.com/unsubscribe.html?x=a62b&m=CHoD&s=hu2HT&y=5&

To change your contact details visit:
http://getresponse.com/change_details.html?x=a62b&s=hu2HT&y=T&

Page 1
Tengarah Rancangan Dekonstruksi: Dalam Konteks Rancangan KiwariBhakti AlamsyahImam Faisal PaneProgram Studi ArsitekturFakultas TeknkUniversitas Sumatera Utara1PENDAHULUANPerkembangan ilmu pengetahuan sudah sedemikian pesatnya, sedemikian pesat sehinggaseolah-olah meninggalkan yang ada di belakang. Sesuatu yang baru tampak menjadi lebihmenarik, begitu juga pada saat pertama kali diperkenalkan suatu yang baru yaitu“dekonstruksi” di dunia arsitektur. Arsitektur telah terlalu lama terpaku pada kebiasaanyang menimbulkan kebosanan, munculnya perspektif baru tersebut membuat para arsitekdapat menghirup udara secara bebas. Banyak cara dan teknik yang dapat dilakukan untukmenghilangkan kebosanan dalam menghadirkan sebuah karya ciptaan arsitektur, daninilah yang ditawarkan oleh “dekonstruksi”. Dengan faham baru ini, apakah hal inimerupakan suatu pertanda bahwa telah terjadi suatu pergeseran dalam ciptaan arsitekturdidalam. Oleh karena itu penjelasan mengenai dekonstruksi akan menguraikan apakahpergeseran tersebut benar-benar terjadi.Arsitektur memang tidak sepatutnya dilihat sekedar sebagai produk, dengan penekananpada gaya yang “fotogenik”, melainkan lebih sebagai proses, yang mengandung maknayang dalam dengan partisipasi aktif dari segenap penggunanya (users).Dalam proses tersebut, memang kemungkinan akan tercipta suatu lingkungan yangterkesan kurang teratur, tidak sesuai dengan gambaran ideal yang telah ditetapkansebelumnya. Namun kalau ketidakteraturan itu ternyata malah cocok denganperikehidupan manusianya, kita tidak perlu terlalu risau. “Chaos is another form oforder”, begitu pendapat Jones (1984 : 8). Proses penciptaan karya arsitektur, bahkane-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara1
Page 2sampai ke skala perancangan perkotaan, merupakan kegiatan dinamis yang lebih miripdengan musik atau tari, tidak statis seperti lukisan atau patung.Para arsitek dapat belajar banyak dari kegagalan (disamping juga barang tentukeberhasilan) berbagai gerakan arsitektur terutama mulai dari Gerakan Arsitektur Modernpada awal 1920-an, Neomodernism, Rationalism, Structuralism, sampai denganmerebanya pengaruh Arsitektur Post Modern pada tahun 1980-an. Semua gerakan ituberkembang dengan pesat, perlu dicermati tidak hanya untuk kepentingan pengembanganilmu semata-mata, melainkan juga untuk menelaah upaya peningkatan mutu ciptaankarya arsitektur.Selanjutnya belakangan ini telah timbul suatu fenomena baru didalam dunia arsitekturyaitu Arsitektur Dekonstruksi, dimana semakin bertambah waktu semakin marak seiringdengan munculnya fenomena Postmodernisme di bidang filsafat, kebudayaan, seni,sastra, agama serta politik. Ada semacam arus kuat dari bawah (arus bawah) yang munculdari kelompok-kelompok marjinal yang tersisih yang selama ini dibungkam olehkekuatan-kekuatan arus atas yang mempertahankan kemapanan (status quo) dengansegala aturan-aturannya. Dapat diduga gugatan arus bawah ini muncul karena adanyaketidak-beresan pada sistem yang ada, entah itu berupa ketidak-adilan ataupun ekses-ekses yang timbul dari para pelaku sistem. Dengan atau tanpa label, gejala yang disebut “Dekon” secara nyata telah dirasakankehadirannya dalam bidang arsitektur. Namun adalah tugas para teoretikus dan kritikusarsitektur untuk meneliti lebih mendalam gejala tersebut, mengidentifikasi-kankarakteristiknya, mengemas dan membubuhinya dengan label yang dianggap paling tepat,serta mendaurnya dalam wacana arsitektural. Upaya untuk menengarai rancangan dekonstruksi pada suatu karya yang secara kasatmata memang dieksposisikan melalui wujud bentukan dan rupa arsitektur dekonstruksi,nampaknya akan lebih mudah jika dibandingkan dengan yang lebih ‘tersembunyi’.Latarbelakang pemikiran-pemikiran dekonstruksi lebih banyak dipengaruhi oleh ‘sesuatu’e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara2
Page 3yang metafisik – transedental. Perkembangan ilmu pengetahuan sudah sedemikianpesatnya, sedemikian pesat sehingga seolah-olah meninggalkan yang ada di belakang.Sesuatu yang baru tampak menjadi lebih menarik, begitu juga pada saat pertama kalidiperkenalkan sutu yang baru yaitu “dekonstruksi” di dunia arsitektur. Arsitektur telahterlalu lama terpaku pada kebiasaan yang menimbulkan kebosanan, munculnya perspektifbaru tersebut membuat para arsitek dapat menghirup udara secara bebas. Banyak cara danteknik yang dapat dilakukan untuk menghilangkan kebosanan dalam menghadirkansebuah karya ciptaan arsitektur, dan inilah yang ditawarkan oleh “dekonstruksi”.Gedung Menara Mesiniaga karya Kenneth Yeang, Auditorium Inamori di UniversitasKagoshima karya Tadao Ando dan Kantor Wismakharman karya Andy Siswantomempertegas kekuatan karakter dari masing-masing arsiteknya. Latar belakangpemikiran-pemikiran dekonstruksinya lebih banyak dipengaruhi oleh “sesuatu” yangmetafisik – transedental. Secara halus “message” dekonstruksinya dimunculkan melaluikontemplasi metafisiknya terhadap fenomena alam. Ketiga karya diatas sangat relevanuntuk diangkat sebagai arsitektur kontemporer karena kehadirannya muncul di tengah-tengah hangar-bingarnya arsitektur dekonstruksi pada saat ini, dan ternyata ia masih bisatetap eksis dengan gayanya yang tersendiri.Pelacakan terhadap indikasi ada-tidaknya implementasi nilai-nilai dekonstruksi padakarya arsitektur ini memang lebih banyak merupakan interpretasi subyektif yangmengacu pada kajian gambar-gambar sebagai teks. Namun bagaimanapun juga upaya inisah-sah saja sejauh untuk kepentingan memperluas pengetahuan dan wacana ilmiaharsitektural yang memang harus selalu berkembang melalui media apresiasi dan kritiksemacam ini. Barangkali Kenneth Yeang, Tadao Ando, dan Andy Siswanto tidak pernahpunya keinginan bahwa karyanya akan dapat “ditebak” sebagai arsitektur dekonstruksi,sebagaimana sikap para arsitek dekonstruksi lainnya. Akhirnya apa yang dilakukan olehMichael Benedikt terhadap The Kimbell Art Museumnya Louis Kahn tentu menjadiacuan dalam pelacakan ini dari ketiga bangunan diatas yang merupakan karya KennethYeang, Tadao Ando, dan Andy Siswantoe-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara3
Page 42DEKONSTRUKSI DALAM KONTEKS RANCANGAN KIWARIFILOSOFI DEKONSTRUKSIDeconstruction merupakan tema wacana yang aktual yang mempertuatkan filsafat denganmasyarakat arsitek; dari mahasiswa, praktisi hingga pelajar dan pengajar sejak tahun1987. Gagasan Decontruction bukan dari seorang arsitek, tetapi dari pemikir dan kritisiliteratur yaitu Jacques Derrida. Gagasan ini menyebar luas melalui karya-karya Derrida(1921) sejak terbitnya De la Grammatologie (1976) hingga La Verite en peinture (1987).Seperti apa yang dikatakan diatas bahwa berbicara tentang Dekonstruksi dengansertamerta menyeret kita pada nama penting yang nampaknya telah identik denganDekonstruksi itu sendiri, yakni Jacques Derrida. Tokoh Strukturalisme, Derrida lahir diAlgiers tahun 1930, mengajar filsafat Ecole Normale Superieure di Paris, dan beberapauniversitas di Amerika Serikat. Karya-karya Derrida yang telah diterjemahkan ke dalambahasa Inggris adalah: “ Speech and Phenomenon” (1973); “Writing and Difference”(1978); “Of Grammatology” (1974); Dissemination” (1981); “Margins of Philosophy”(1982). Apa relevansi filsafat Dekonstruksi Derrida ?. Untuk dapat mengikuti pikiran Derrida tentang Dekonstruksi, sebaiknya kita tinjausepintas obyek penyelidikan filsafat Barat. Tanpa memahami pola pikir para filsuf baratakan sulit mengikuti jalan pikiran tersebut.Ada dan HadirDekonstruksi sebagai suatu pemikiran tidak terlepas dari tardisi filsafat Barat yangmenyelidiki metafisika. Metafisika adalah suatu cabang filsafat yang menyelidikikenyataan utama (ultimate reality). Pertanyaan tentang kenyataan tersebut adalah “ADA”.Dalam pengertian orang Yunani Kuno, fisika itu pada mulanya adalah suatu upaya untukmengamati sifat mendasar semua benda. Esensi semua benda terletak pada ke-ADA-annya. Ada, menjadi obyek penelusuran metafisika Barat hingga kini.Ada itu dapat kita ketahui darimana ?. Dari hadir, itulah yang lebih mudah kita ketahuikarena dapat langsung berhubungan dengannya. Hadir juga mengandung pertanyaan die-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara4
Page 5sekitar tujuannya seperti: hadir demi hadir; hadir demi berfikir; hadir demi pengetahuan;hadir demi (ke)manusia(an); hadir demi yang absolut; hadir demi cinta; hadir demikesadaran; hadir demi subyek; hadir untuk merusak; dan seterusnya.Tanda dan BekasBagaimana kita tahu tentang hadir ?. Itu pertanyaan selanjutnya yang menarik parapemikir. Jawabannya yang mudah adalah: dari tanda. Tanda adalah sesuatu yangmenggantikan sesuatu. Dalam hal ini tanda menggantikan hadir. (Tanda adalah suatukategori yang lebih luas daripada simbol. Simbol selalu diciptakan manusia, sedangkantanda tidak selalu). Dengan ada tanda, benda aslinya tidak perlu lagi hadir, asal tandanyahadir. Kehadiran tanda itu meyakinkan kita tentang ke-ADA-an sesuatu itu. Tanda itupengganti sementara yang menunda kehadiran obyek yang ditandai.Selanjutnya, bagi Derrida, tanda itu tidak berdiri sendiri atau mendahului tuturan dantulisan, melainkan, tanda ditampilkan dalam tuturan dan tulisan kita. Kata-kata, yangdalam hal ini mengandung tanda, menunjukan pada kata-kata lain. Bila kata dalambahasa sebagai teks, maka setiap teks menunjukan kepada teks-teks lain atau jaringanteks lain. Dalam kaitan itu, diskursus (wacana) sebagai kumpulan pernyataan hasilpembicaraan suatu disiplin kajian, menunjuk kepada bagian-bagian lain. Bila metafisikaselama ini melihat Tanda dalam rangka Ada sebagai kehadiran, maka Derrida melihatkehadiran dalam rangka jaringan tanda yang menunjuk ke yang satu pada yang lain.Tanda, dengan demikian akan ada arti bila hadir bersamaan dengan tanda lain. Tanda dan BekasBagi derrida tanda perlu dipikirkan sebagai bekas atau jejak. Jejak memberitahukan kitabahwa ada sesuatu yang terjadi, jadi ada sesuatu yang hadir, dan sesuatu itu ada. Jadi biladitelusuri, urutan ke-tahu-an akan kita mulai dari bekas. Bekas itu tidak mempunyaisubstansi atau bobot, dia hanya menunjukkan hal-hal lain. Bekas tidak dapat kita pahamisebagai dirinya sendiri, karena yang meninggalkannya itulah yang perlu kita cari.e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara5
Page 6Dari permulaannya, kita menelusuri bekas untuk mencari obyek, jadi bekas mendahuluiobyek. Penelusuran tentang Ada perlu kita mulai dari Bekas. Oleh sebab itu bekas tidakboleh dihapus, karena begitu dia dihapus, hilanglah seluruh jejak, dan hilang pulakesempatan bagi pengamat untuk tahu tentang sesuatu.Bekas bukan suatu akibat, dalam arti bahwa dia tidak memiliki arti dirinya sendiri, tetapiadalah suatu penyebab. Dalam kalimat yang sulit ini kita perlu kaitkan dengan penjelasansebelumnya bahwa bekas itu mendahului obyek penyelidikan (Ada), dari situ kita mulaimencari. Dengan demikian dia menyebabkan sesuatu itu terungkap.Dalam kaitan dengan Bekas ini, Tanda tidak lagi bersifat sementara. Tanda mendahuluikehadiran. Tanda selalu ada sebelum obyek. Obyek timbul dalam jaringan tanda.Bagi Derrida jaringan tanda itu sama dengan teks. Teks itu seperti tenunan atau rajutan,yang tidak ada artinya bila tidak dalam bentuk jaringannya. Dengan demikian segalasesuatu yang ada itu berupa teks. Makna selalu tertenun dalam teks.Penerjemahan dalam kaitan itu dapat kita anggap sebagi upaya menggantikan teks yangsatu dengan teks lain. Terjemahan seperti transformasi yang berarti perubahan bentukoleh substansi atau penggantiLogologi dan GramatologiDalam filsafat Barat atau metafisika, bahasa adalah logologi atau bahasa lisan. Logosberarti perkataan, kata ucapan, dan juga rasio pikiran. Di sini yang diutamakan adalahsuara (phone) atau tuturan. Makna suatu tulisan datang dari luar, sedangkan ucapanbersatu dengan kata. Sebagai contoh yang menyampaikannya. Ucapan “sialan” yangpelan menandakan suatu keakraban, dan maknanya akan berbeda sama sekali bila orangmenguucapkannya dengan keras.Filsafat Barat sebelum Derrida lebih mengunggulkan bahasa lisan daripada bahasatulisan. Ini berkaitan dengan logosentrisme Barat. Kecenderungan ini belatar belakange-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara6
Page 7atas keyakinan beberapa filsuf terkenal akan kekuatan ucapan yang langsungmegantarkan arti katanya. Begitu ucapan diganti oleh tulisan maka artinya akanterkorupsi. Selain itu ada bukti bahwa tulisan itu mengikat, dan penjajah sangat mudahmemakainya untuk memanipulasi jajahannya yang pada umumnya hanyamengembangkan bahasa lisan.Derrida ragu atas keunggulan tersebut, dan dia juga ragu terhadap logocentrisme yangmengandaikan Ada dalam kehadiran. Bagi dia setiap jenis bahasa adalah tulisan, untukitu logologi perlu diubah menjadi gramatologi. Gramma itu tanda dari tanda. Namundemikian filsafat barunya tetap suatu logi, masih dalam suasana kehadiran. Dengandemikian tetap ada kekurangan.Kekurangan tersebut menyebabkan retakan. Oleh sebab itu perlu didekonstruksi. Denganmendekonstruksi teks-teks lain Derrida menyajikan teks baru yang berupaya melebihiteks lama. Dia mencoba dalam teks barunya menyatakan sesuatu yang tidak dikatakandalam teks itu, di sini terjadi apa yang dia sebutkan sebagai affirmation. Dia pernahmenyusun buku yang dalam halamannya memuat dua belahan tulisan sekaligus. Dibelahan kiri adalah teks lama dan belahan baru teks yang ditambahkan. Keistimewaannyaadalah, bila pembaca membaca secara menyambung dari (baris yang sama) kiri ke kanan,kalimatnya akan menyambung dan memberi arti lebih.Untuk mendekonstruksi teks, dia menggunakan konsep baru difference, suatu kata yangterdiri dari difference (perbedaan) dan defferer (menunda). Differ dan deffer dalamucapan sama bunyi sehingga tidak dapat kita bedakan. Mereka akan berbeda bila kitatuliskan. Melalui ke dua kata ini Derrida menunjukkan kelemahan bahasa ucapan. Bahasa dengan demikian merupakan proses temporal. Apabila kita membaca, maknayang dikandungnya senantiasa ditangguhkan. Sebuah tanda mengantarkan kita pada tandayang lain, dan makna yang muncul lebih awal diubah oleh yang muncul kemudian.Makna tidak pernah identik dengan tanda. Makna berubah menurut konteks atau rantaipenanda yang mengikatnya. Dalam konteks yang berbeda, tanda memiliki makna yange-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara7
Page 8berbueda pula. Contohnya istilah “Pharmakon”, yang berarti racun atau obat penyembuh.Makna istilah tersebut tidak bisa ditetapkan karena berubah menurut konteks(undecidable). Akhirnya dapat dijelaskan bahwa elemen-elemen bahasa tidak bisadidefinisikan, karena harus senantiasa dibaca/ ditelusuri dalam kaitan dengan yang lain.DifferenceDifference adalah suatu strategi yang dipakai oleh Derrida untuk melakukandekonstruksi. Kata itu khusus diciptakan olehnya, dan oleh sebab itu dia itu sendiri tidakada. Hal ini tentu menimbulkan paradoks bila kita mengikuti pemikiran logi. Namunjustru Derrida ingin memperlihatkan logi itu bermasalah sehingga memunculkan sesuatuyang tidak ada sebelumnya.Difference menunjukan pada sesuatu yang menunda kehadiran. Dalam hal ini selalu adakaitan dengan tanda sebagai penunda hadir. Proses penundaan ini sebagaimanaterkandung dalam kata deffer yang membentuk kata difference. Dalam pembongkarankita perlu menemukan apa yang menunda teks tertentu.Difference itu suatu kegiatan yang memilahkan akar bersama bagi semua kutub-kutubyang bertentangan. Akar konsep-konsep yang beroposisi seperti inderawi dan rasional,intuisi dan representasi, alam dan kultur. Dengan demikian dia selalu menunjukankekutuban dari yang hadir itu.Difference itu hasil semua perbedaan yang menjadi syarat bagi penimbulan setiap maknadan setiap struktur. Perbedaan membuka kesempatan bagi pemunculan arti baru dansusunan baru suatu teks (kumpulan kata-kata). Ini berarti melalui kebalikan danperbedaan itu kita akan mengahdirkan yang kira-kira tertunda itu.Difference tidak boleh dibayangkan sebagai asal-usul, atau identitas terakhir yangmelebihi semua perbedaan faktual. Dalam hal ini difference bersifat terhingga. Differenceitu suatu gerakan yang belum selesai. Dia dapat menunjukkan keberlangsunganperbedaan antara Ada dan Adaan terus-menerus. Disini kita perlu memahami posisie-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara8
Page 9Derrida dalam kaitan dengan pendahulunya seperti Martin Heidegger, dan Lavinas.Konsep Ada dan Adaan ini melekat pada metafisika Barat tentang kehadiran dankeberadaan.Bila ingin melakukan dekonstruksi dalam tradisi Derrida, difference adalah langkah-langkah yang perlu kita ambil. Namun langkah-langkah tersebut amatlah sulit bagimereka yang tidak memahami konteks timbulnya konsep-konsep Derrida tersebut. Kitaperlu ingat bahwa yang Derrida berupaya memperbaiki oleh banyak orang. Jadi diamencoba membongkar apa yang belum, atau tertunda dalam teks-teks mengenai esensisesuatu itu. Dalam hal ini target dekonstruksi adalah yang esensial, bukan sesuatu yangbersifat permukaan.Bila difference itu tidak ada, demikian juga dekonstruksi dalam arti perumusannya. Kataitu sendiri mengandung arti destruksi atau membongkar lapisan struktur dalam suatusistem; dan abbau (Bahasa Jerman) yang menyusun kembali setelah memilah (pisah)kanbangunan untuk melihat susunannya.Melihat penjelasan diatas, maka sekarang timbul suatu pertanyaan yaitu “Aparelevansinya terhadap Arsitektur”. Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu kita akanmengkaji lebih dalam lagi tentang jabaran filsafat Dekonstruksi Derrida yang telahdijelaskan diatas. Dibawah ini selanjutnya akan dijelaskan apa dan bagaimana sebenarnya ArsitekturDekosntruksi yang telah merambah lingkup Arsitektur sejak diperkenalkan pertamasekali pada pameran mengenai Arsitektur Dekonstruksi yang diadakan di Museum SeniModern di New York pada bulan Juli dan Agustus 1988SEJARAH ARSITEKTUR DEKONSTRUKSISejak pameran mengenai Arsitektur Dekonstruksi yang diadakan di Museum SeniModern di New York pada bulan Juli dan Agustus 1988, Dekonstruksi menjadi sebuahe-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara9
Page 10aliran baru dalam Arsitektur dan dapat meneruskan atau menggantikan gaya Internasional(International Style), yang dalam tahun tigapuluhan juga diperkenalkan dalam Museumyang sama. Tentu ini merupakan sukses besar bagi para dekonstruktivis yang ikutpameran itu, yaitu : Frank O. Gehry, Daniel Libeskind, Ren Koolhaas, Peter Eisenman,Zaha M. Hadid, Coop Himmelblau dan Bernard Tschumi. Sebenarnya yangmemperkasai untuk menerapkan konsep dekonstruksi dalam bidang arsitektur pertamakali adalah Bernard Tschumi. Selanjutnya, bersama mantan mahasiswanya yang bernamaZaha Hadid dan Peter Eisenman, mencoba memperkenalkannya melalui pameran dengannama “Deconstruction Architecture”. Pada sebuah simposium di “Tate Gallery” di London dalam bulan Maret 1988 terjadibeda pendapat antara pihak yang berpegangan pada hubungan Dekonstruksi denganfilsafat dan pihak yang memandang Dekonstruksi sebagai perkembangan Sejarah Senidan Konstruktivisme Rusia. Sukses ini berkat kombinasi filsafat Dekonstruksi; JacquesDerrida dan Konstruktivisme Rusia. Karena itu penting untuk meninjau pertalian antarateori dan praktek, antara renungan dan rancangan. Pada bulan Oktober tahun 1985 padaColloquium di Paris duapuluh orang Arsitek, filsuf dan kritisi membicarakan peran teoridalam Arsitektur dari arti Arsitektur bagi filsafat.Aliran Dekonstruksi tidak terdapat dalam Arsitektur saja, bahkan Jacques Derrida telahmulai menerapakannya lebih dahulu di dalam sastra. Sebuah teks didekanstruk untukmenemukan logik yang bertentangan dalam akal dan implikasi, dengan tujuan untukmenunjukkan bahwa sebuah teks tidak pernah setepatnya mengandung arti yang hendakdikatakannya atau tidak mengatakan yang dimaksudkan. Derrida berpendapat bahwakegiatan Tschumi dan Eisenman dalam Arsitektur sama dengan perbuatannya dalamfilsafat, yaitu kegiatan Dekonstruksi.PENGERTIAN ARSITEKTUR DEKONSTRUKSIDekonstruksi adalah istilah yang digunakan pertama kalinya pada tahun 1967, olehJacques Derrida, seorang ahli bahasa yang juga filsuf dan budayawan Perancis kelahiranAlgeria, tahun 1930. Pakar ini menelaah secara radikal teori ilmu bahasa yang padae-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara10
Page 11waktu itu menganut Strukturalisme yang pernah dikembangkan oleh Ferdinand deSaussure antara tahun 1906-1911. Dekonstruksi juga merupakan reaksi terhadapmodernisme dalam perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan filsafat. Modernismedalam perkembangan filsafat ilmu berdasar pada ratio, logos dalam intelektual manusia.Sebagaimana peranan logos, yaitu menciptakan, mengorganisasi, menyusun suatu jalanpikiran dengan sistem yang jelas, maka hal-hal yang kecil, hal-hal yang dasar menjadihilang. Pengalaman individual, pengalaman pribadi yang begitu “kaya” biasanyadihilangkan demi mencapai suatu konstruksi yang jelas, tegas dan tepat. Kata ‘dekonstruksi’ dipergunakan Derrida dalam buku De la Grammatologie, di manakata tersebut merupakan terjemahan dari istilah Heidegger, yaitu: destruktion dan abbau.Dalam konteks ini, keduanya mempunyai kesamaan pengertian sebagai: operasi yangdilakukan atas struktur atau arsitektur ‘tradisional’ dari konsep dasar ontology ataumetafisik barat (occidental). Tetapi dalam bahasa Perancis, istilah destructionmengimplikasikan suatu pengancuran total, tetapi Derrida tidak menginginkan adanyapenghancuran yang total itu. Untuk itulah Derrida memakai kata ‘deconstruction’ yangdiketemukannya dalam Littre untuk menandai maksudnya dalam bahasa Perancis.Rumusan Derrida mengenai dekonstruksi (deconstruction) tidak pernah secara definitifdiperoleh. Kesulitan terletak pada Phenomenon deconstruction sebagai gejala “mengada” yang tidak pernah menuju ke arah kebakuan. Derrida mengatakan bahwa “dekonstruksibukan semata-mata metoda kritis”. Metoda kritis perlu diartikan sebagai memiliki sifatkritis terhadap dirinya sendiri. Dengan hakekat kritis ini maka wilayah jelajahdekonstruksi tidak dibatasi pada konteks filosofi saja. Selain itu, oleh Derridadekonstruksi juga dianggap bukanlah merupakan metoda berpikir yang destruktif, karenasenantiasa membongkar habis struktur-struktur makna dan bangun suatu konsep. MenurutDerrida “sikap dekonstruksi senantiasa afirmatif dan tidak negatif”, sebab sesuatu yangnegatif tidaklah membuka diri pada pencarian pemahaman lebih utuh.e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara11
Page 12Kita harus belajar menganggap Arsitektur sebagai kegiatan berfikir, bukan sebagaipernyataan ide-ide. Membangun dan berfikir perbandingannya tidak sama dengan praktekdan teori.Derrida menginginkan transformasi sehingga membangun adalah sebanding denganmenulis. Seperti arsitek memberi bentuk pada tempat dan dengan demikian menciptakanruang dalam kota, penulis memberi bentuk pada bahasa untuk membuat ruang bagidiskusi. Demikianlah bagi Derrida menulis adalah suatu bentuk tunggal.Peter Eisenman memandang Arsitektur juga sebuah teks, dibangun dengan tanda-tanda.Ia merancang sebuah Arsitektur yang tidak menutup, tidak menyatukan atau menyeluruh,akan tetapi membuka, menghambur, membagi dan dengan demikian mendekati situasiketidakpastian mendasar manusia. Ia menolak kepastian dan nilai lama dan inginmemperbaiki Arsitektur menjadi kekuatan positip dalam dunia, yang mampu memdidikdan berkomunikasi. Ia selalu mencari pembenaran linguistik dan filsafat bagi Arsitektur.Demikianlah Dekonstruksi telah berperan besar dalam menggerogoti teori-teorifungsionalis lama arsitektur. Bilamana kita ingin belajar mengerti Dekonstruksi lebihbaik, perlu kita menempatkannya diantara aliran-aliran aktual baru yaitu RegionalismeKritikal dan Pasca Modernisme.Regionalisme kritikan antara lain diwakili oleh Kenneth Frampton, ditandai olehpencarian keunikan kawasan, memperbaiki tempat semula, melindunginya terhadapkesesatan madernitas. Arsitektur sebagai penolakan budaya tunggal dan kapitalisme.Bahasa Arsitektur setempat harus direkfleksikan secara kritikal dalam rancangan-rancangan baru.Filsafat dekonstruksi Derrida sangat relevan karena menawarakan pemahaman danperspektif baru tentang arsitektur, sehingga proses pemikiran kembali (rethinking) premisdan kaidah tradisional arsitektur dapat dilakukan. Dekonstruksi telah menggariskanprinsip-prinsip penting sebagai berikut : (Iwan Sudrajat, Sketsa, edisi 11, 1995, hal-24).e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara12
Page 13a. Tidak ada yang absolut dalam arsitektur. Tidak ada satu cara atau gaya yangterbaik, atau landasan hakiki di mana seluruh arsitektur harus berkembang. Gayaklasik tradisional, modern dan lainnya mempunyai posisi dan kesempatan yangsama untuk berkembang.b. Tidak ada ontologi dan teologi dalam arsitektur. Tidak ada tokoh atau sosok yangperlu didewakan atau disanjung.c. Dominasi pandangan dan nilai absolut dalam arsitektur harus segera diakhiri.Perkembangan arsitektur selanjutnya harus mengarah pada keragaman pandangandan tata nilai.d. “Visiocentrism” atau pengutamaan indera penglihatan dalam arsitektur harusdiakhiri. Potensi indera lain harus dimanfaatkan pula secara seimbang.e. Arsitektur tidak lagi identik dengan produk bangunan. Arsitektur terkandungdalam ide, gambar, model dan fisik bangunan dengan jangkauan dan aksentuasiyang berbeda.PRINSIPAL DEKONSTRUKSI MENURUT MICHAEL BENEDIKTDalam upayanya untuk mengupas lebih dalam mengenai dekonstruksi, MichaelBenendikt dalam bukunya “Deconstructing The Kimbell” mencoba menunjukkan bahwa :❖ Pemikiran Derrida sangat unik dan produktif bagi arsitektur.❖ Hal ini sering terjadi dan sebatas penamaan kembali atas prosedur dan sikap-sikapyang umum dipakai dalam disain arsitektur modern dan perbelajaran dalam disain.❖ Banyak tafsiran tentang dekonstruksi dengan sudut pandang berlawanan yangdihadirkan melalui cara pembacaan sebuah karya secara berbeda.Dengan berdasarkan pada pengertian dekonstruksi diatas, Michael Benedikt akhirnyamemilih empat cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui sampai seberapa jauhdekonstruksi berlaku pada sebuah karya arsitektur, seperti yang dilakukannya pada karyaLouis Kahn, yaitu Museum Kimbell (Benendikt, 1991). Keempat prinsipal dekonstruksiyang dapat ditransformasikan dan diaplikasikan melalui arsitektur tersebut adalah:e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara13
Page 14DIFFERENCEDifference menurut Derrida bukanlah suatu konsep atau kata, meminjamkan daripengertian Culler tentang definisi difference secara harfiah, Benedikt mendefinisikannyake dalam tiga hal :DifferenceSistem perbedaan-perbedaan universal yaitu, pengaturan ruang/jarak/spasi (spacing), danperbedaan-perbedaan antara sesuatu/dua hal (distinctions between things); perhatiannyabukan terhadap kosakata tersebut, melainkan lebih kepada dimensi di sepanjang pokoksoal dalam pembedaan koskata tersebut untuk saling memisahkan diri dan salingmemunculkan.DeferralProses dari meneruskan (passing along); menyerahkan (giving over); menunda ataumenangguhkan (postponing); pen-skors-an (suspension); mengulur (protaction) dansebuah jarak dalam waktu (a ‘spacing’ in time).DifferingPengertian berbeda yang ditunjukkan dengan tidak sependapat (disagreeing); tidaksepakat (dissenting) atau bahkan penyembunyian (dissembling).Selain memiliki pengertian diatas, difference juga sangat dekat artinya dengan kataJepang ma yang artinya interval in space, interval in time dan moment/place/occasion.Pengertian dari ma ini lebih dekat pada hubungannya dengan penundaan waktu atau jarakwaktu antara dua hal.Mendefinisikan seluruh pengertian tentang difference tersebut ke dalam satu pengertiantidak mudah. Untuk memahami harus memiliki setidak-tidaknya dua hal, dua unsur ataudua anggota dari suatu sistem tanda. Keberadaan (presence) sesuatu tidak dapatdibedakan tanpa adanya yang lain, yaitu ketiadaan (absence). Ketiadaan terletak di balikdan selalu mencerminkan keberadaan. Keberadaan dan ketiadaan adalah suatu oposisie-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara14
Page 15yang bersifat paling mendasar. Dua hal lain juga dimunculkan dalam between, binaryopposition, traces, being and nothing, inside and outside dan masih banyak lagi.Dengan demikian, Benedikt memusatkan perhatiannya pada kata difference ini dalam tigahal pokok yaitu, sistem universal kata difference dengan penekanan tidak pada artikatanya, proses pembedaannya dan pengertian yang ditimbukan akibat pembedaantersebut.HIERARCHY REVERSALSegala sesuatu yang ada di dunia merupakan pasangan sebab akibat. Pasangan-pasanganini berlaku di semua bidang, misalnya: di luar - di dalam, siang-malam, baik-buruk,benar-salah dan juga keberadaan-ketiadaan. Dalam pasangan itu berlaku aturan yangsama, yang utama mengarahakan yang sekunder atau sebaliknya. Hubungan seperti inidisebut hubungan vertikal atau hirarkis.Benendikt melakukan dekonstruksi terhadap hirarki ini, khususnya untuk menyerangadanya hirarki antara ‘presence-absence’. Menurutnya, presence tidaklah demikiansederhana. Kehadiran presence tidak akan dapat berarti tanpa disadarinya adanyaabsence. Dengan demikian, dekonstruksi dapat digunakan sebagai cara untuk :a. Mengidentifikasi apa yang menindas beberapa hirarki atau mengidentifikasipercabangan dari ide-ide.b. Hirarki tidak dapat berlaku, atau ada beberapa polarisasi yang dapat dibalik.Dengan adanya pembalikan hirarki ini, maka kedua unsur tersebut secara hirarki tidakada lagi yang satu dibawah yang lain, tetapi sejajar sehingga secara bersama-sama dapatmenguak makna (kebenaran) yang lebih luas dan mendalam.MARGINALITY DAN CENTRALITYMarginalitas dan sentralitas merupakan masalah titik ‘pokok’ yang dapat digunakanuntuk menunjuk pada pengertian ‘penting’ dan ‘tidak penting’. Pengertian kedua istilahtersebut adalah sebagai berikut :e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara15
Page 16Marginality/ MarginalitasMenunjukkan kedekatannya dengan batas-batas, pinggiran batas luar dan perbatasanterhadap apa yang ada di dalam dan apa yang ada di luar. Kata ‘margin’ mempunyai arahyang dibangun menuju ke pusat (central). Margin sangat dekat dengan ambang batas,tetapi bukan ambang batas itu sendiri.Centrality/ SentralitasMenyatakan secara tidak langsung sebuah kedalaman dan pusat (heart), tempat makna/arti terkonsentrasi dan merupakan ‘gravitasi’.Dengan melihat central dan marginal berpindah tempat dengan ditukar ataudipertentangkan atau ditindas/ditahan secara dekonstruksi, maka mereka menjadi semakinmenarik, dan dengan cara demikianlah semuanya dapat dilihat secara lebih jelas.ITERABILITY DAN MEANINGUntuk memahami iterability dan meaning adalah terkait dengan konsep Derrida tentang‘tulisan’ atau ‘teks’. Dalam ilmu bahasa, suatu kata atau tanda memperoleh maknanyadalam suatu proses berulang pada konsteks yang berbeda. Ini berarti bahwa ‘kata’tergantung pada interability, dimana suatu kata adalah tergantung pada bisa tidaknyadiulang-ulang. Dengan adanya perulangan ini merupakan pertanda adanya ‘meaning’.Dalam arsitektur, penggunaan unsur arsitektural secara berulang-ulang akan membukapemahaman yang lebih baik terhadap makna yang dimaksudkannya. Unsur arsitekturtersebut dapat berupa; batu-bata, jendela, pintu, kolom sampai bentukan geometri danhubungan abstrak formalnya.e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara16
Page 173NILAI-NILAI KONSEPTUAL RANCANGAN DEKONSTRUKSI DALAMKONTEKS RANCANGAN KIWARIPEMBACAAN DEKONSTRUKSI PADA GEDUNG MESINIAGAKONSEP RANCANGAN GEDUNG MESINIAGAPenafsiran atas marka-lingkungan dari pencakar langitmilik perusahaan besar yang mencengangkan ini,menjelajahi arah baru dari tipe bangunan yangbiasanya tidak bersahabat. Pihak arsitek menjuluki tipebaru ini “bangunan tinggi beriklim-bio” danmemberinya pengendalian iklim serta penghematanenergi yang peka. Yang patut dicatat adalah adanyadua spiral “taman angkasa” yang berputar ke atassambil memberi bayangan dan kontras visual terhadappermukaan baja dan alumunium dari gedungnya.Rangka beton pra tekan pada gedung itu selanjutnya ditingkahi oleh dua tipepenangkis sinar matahari serta tirai baja dan kaca yang membuat citra High Techyang organik, apalagi setelah dilengkapi dengan mahkota logam dan umpak padabagian landasan bangunannya. Menara Mesiniaga merupakan sebuah penelitianarsiteknya atas prinsip-prinsip iklim-bio bagi perancangan gedung tinggi di daerahberiklim tropis. Menara Mesiniaga memiliki langgam arsitektur campuran darilanggam kolonial, Cina, Eropa dan Malaysia. Gedung Mesiniaga merupakan buah penelitian arsiteknya atas prinsip-prinsip iklim-bio bagi perancangan gedung tinggi di daerah beriklim tropis. Yang ditampilkanadalah suatu organisasi spasial memanjang yang diisi dengan hirarki tertentu. Bangunan tersebut memiliki tiga bagian struktur yaitu : umpak berselimut unsurhijau yang terangkat, badan yang bernuansa spiral dengan balkon untuk teras tamandan tirai yang memberi bayangan, dan bagian puncak tempat fasilitas rekreasi berupakolam renang serta teras beratap. Struktur beton pratekan dan rangka bajae-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara17
Page 18bangunannya diperlihatkan seluruhnya dan penyejukannya dilakukan memlauipengudaraan alami dan buatan.Sejalan dengan penjelasan diatas pembahasan selanjutnya berusaha untukmengetahui sejauh mana pengertian dekonstruksi yang tanpa disadari olehperancangan terdapat pada bangunan tersebut. Pembacaan dekonstruksi GedungMesiniaga karya Kenneth Yeang dalam pembahasan ini digunakan denganmenerapkan beberapa asas-asas ‘dekonstruksi’ yang digunakan seperti apa yangtelah dilakukan oleh Benedikt dalam meninjau Museum Kimbell. Dengan demikianmudah-mudahan ‘dekonstruksi’ pada Gedung Mesiniaga ini dapat terbaca.Gambar 3.1.Perspektif Gedung MesiniagaPEMBACAAN DEKONSTRUKSI GEDUNG MESINIAGAKONSEP ‘DIFFERENCE’ PADA RANCANGAN MESINIAGAKonsep difference-nya Derrida nampaknya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkanmetafisikanya ‘sebuah pohon raksasa’-nya gedung Mesiniaga , dimana denganpemaknaan bahwa tanda menghadirkan sesuatu yang tidak hadir. Dengan menempatkankonsep taman secara memutar dan kontiniu (continuous planting spiraling up), hal inie-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara18
Page 19telah memberikan suatu makna ingin menghadirkan suatu bangunan yang di metafora-kan sebagai sebuah ‘pohon raksasa’.Taman yang memutar dan bentuk bangunan yang berbentuk lingkaran adalah sebuahtanda yang menghadirkan sesuatu yang tidak hadir yaitu sebuah pohon yang dilengkapidengan dedaunan. Sedangkan pohon itu sendiri merupakan tanda ‘ketidakhadiran yangtertunda’ dari apa yang semestinya dihadirkan. Pohon pada konsep bangunan ini merupakan sebuah metafora dari apa yang seharusnyahadir dalam sebuah pelestraian alam, dimana pohon merupakan suatu unsur yangterpenting dalam memberikan seuatu keseimbangan alam.Spiral ‘taman angkasa’ yang dikembangan di dalam perencanaan bangunan Mesiniagaini, dimana taman tersebut berputar ke atas dipakai sebagai alat yang memberikanbayangan yang kontras visual kepada permukaan baja dan alumunium dari gedungtersebut, hal ini juga merupakan sebuah metafor dari apa yang seharusnya hadir yaitusebuah alam yang ditumbuhi oleh beberapa tanaman yang hijau dan asri.Konsep sebuah pohon, yaitu sebuah unsur alam yang hidup dan tumbuh serta berdiri padasebuah bidang tanah, merupakan sebuah konsep yang dipergunakan oleh Ken Yeanguntuk membuat dan membangun Gedung Mesiniaga. Metafisikanya sebuah pohonterlihat jelas sekali pada bangunan ini, dimana penundaan kehadiran yang seharusnyahadir, sudah merupakan sebuah bukti adanya ‘defference’-nya Derrida ada di obyek ini. Site yang ditata sedemikian rupa dan teratur dan ditumbuhi sebatang pohon pada arealsekitar site tersebut. Pohon-pohon menumbuhkan cabang-cabangnya, kolom-kolommenumbuhkan balok-balok. Pertumbuhan terus berlanjut, batang-batang menumbuhkandedaunan. Bentuk yang sedang bertumbuh ini dapat kita lihat pada bangunan GedungMesiniaga dimana kolom-kolom tersebut dapat kita lihat karena berada luar bangunan.Selanjutnya kehadiran mahkota baja yang berada pada puncak bangunan ini juga dapat dimetaforkan sebagai puncak sebuah pohon yang selalu dipenuhi oleh dedaunan, dimanae-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara19
Page 20pemaknaan tersebut merupakan sebuah tanda menghadiran sesuatu makna yang tidakhadir. Sebuah puncak pohon yang selalu dipenuhi dengan dedaunan tersebut merupakansebuah tanda ketidakhadiran, dimana kehadirannya ditandai dengan hadirnya sebuahrangka baja yang menyerupai sebuah mahkota.Seperti telah diungkapkan pada pembahasan terdahulu tentang penataan tapak, bahwatanaman di sekitar bangunan yang ditata membentuk spiral pada kulit bangunan jugadipandang sebagai alam yang hijau. Ini sesuai dengan teori Yoshinibu Ashihara, bahwauntuk membentuk sebuah tatanan ruang luar, kita dapat memperlakukan tanaman ditaman sebagai masa yang dapat juga membentuk ruang luar, sama seperti masabangunan, jadi kedudukan masa bangunan dan masa tanaman memang sama bila ditinjaudari pembentukan ruang luar. Kenneth Yeang mengatakan konsepnya tentangrancangannya ini sebagai proses bangunan bio - klimatik, tetapi apa yang terlihat ternyatamelangkah lebih jauh dari proses terjadinya sebuah bentuk. Bila kita melihat sketsa daritema space of one hundred columns kita seolah diajak untuk membayangkan bahwabentuk tersebut tumbuh dari site itu sendiri. Hal ini terlihat pada site dimana bangunanseakan muncul dari dalam tanah pada sebuah perbukitan.e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara20
Page 21Gambar 3.2.Konsep “Continuous PalntingSpiraling Up” dari GedungMesiniagaGambar 3.3.Penerapan konsep tersebutdengan menempatkan tamansecara memutar keatas dandiakhiri oleh sebuah mahkota.e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara21
Page 22Gambar 3.4.Terlihat dikejauahan,memperlihatkan seakan-akanbangunan tersebut tumbuh darisebuah perbukitanPEMBALIKAN HIRARKI PADA RANCANGAN MESINIAGAFilsafat modern dengan metafisika kehadirannya sangat menekankan kepastian yang taktertunda karena segala sesuatu harus bisa diselesaikan dengan logika. Diferensiasi secaraketat menghasilkan perbedaan dua kutub yang dipertentangkan secara diamatral (oposisi)binari). Elemen yang pertama dianggap yang penting dan mendominasi yang kedua,secara hirarkis yang kedua sub-ordinansi terhadap yang pertama, sehingga kalau yangkedua harus ada, maka ia hanya berperan sebagai perlengkap penderita. Derridae-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara22
Page 23melakukan dekonstruksi terhadap pandangan oposisi ini dengan menempatkan keduaelemen tersebut tidak secara hirarkis yang satu dibawah yang lain, tetapi sejajar sehinggasecara bersama-sama dapat menguak makna (kebenaran) yang lebih luas, lebih mendalampada suatu bingkai tanpa batas.Dalam konteks ini dan melihat konsep perencanaan Gedung Mesiniaga ada beberapabagian yang dapat dilihat secara ‘pembalikan hirarki’ dekonstruksi. Salah satunya yaitusebuah konsep penempatan fungsi penampungan air yang biasanya berada di dasarbangunan atau pada halaman sebuah bangunan, dalam hal ini sang arsitek Kenneth Yeangmengadakan suatu pembalikan hirarki dengan menempatkan sesuatu yang semestinyaberada dibawah dalam hal ini diletakkan diatas bangunan, atau pada puncak bangunanlantai 20. Biasanya pada bangunan-bangunan pencakar langit, pada lantai puncakdiletakkan fungsi darurat yanitu meletakan “Helipaid’. Fungsi penampungan air ini,digunakan sebagai media yang memberikan sumber kehidupan bagi ‘taman angkasa’yang diciptakan Ken Yeang pada bangunan tersebutGambar 3.5.Perletakkan penampunganair hujan yang berfungsisebagai penyuplai airbagi ‘taman angkasa’spirale-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara23
Page 24Gambar 3.6.Dengan menggunakan sifat air yang selalu berjalan ketempat yang lebihrendah maka dengan meletakkan penampungan air diatas bangunan makaair tersebut dapat memberikan sumber kehidupan bagi ‘taman angkasa’yang berbentuk spiral.KONTEKS PUSAT DAN MARJINAL PADA RANCANGAN MESINIAGAPerbedaan antara ‘pusat’ dan ‘marjinal’ merupakan konsekuensi dari adanya hirarki yangditimbulkan oposisi binari. Yang ‘marjinal’ adalah yang berada pada btas pad tepian,berada diluar (outside), karenanya dianggap tidak penting. Sementara yang ‘pusat’ adalahyang terdalam yang dijantung daya tarik dan makna dimana setiap gerakan berasal danmerupakan tujuan gerakan dari yang marjinal.Derrida mempertanyakan keabsahan posisi ini dalam konsep ‘parergon’ (para : tepi,ergon : karya), yaitu bingkai lukisan. Kalau hanya untuk membingkai lukisan selaludibuat demikian bagus berukir. Bukankah pembingkaian (framing) ini mempunyai nilaisendiri terlepas dari nilai lukisan yang dibingkainya ?.e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara24
Page 25Dinding pada umumnya berfungsi sebagai kulit luar dari sebuah bangunan. Dinding padaumumnya berada pada bagian luar (outside), dan merupakan bagian yang digunakansebagai batas dari sebuah ruang. Dibalik dinding dapat dipastikan ada sebuah ruang, padaruang tersebut ada bermacam-macam komponen penyusun ruang, antara lain perabotan.Apabila pada sebuah bangunan tinggi biasanya pada sebuah ruang ada salah satu unsuryang cukup penting sebagai struktur pendukung bangunan yanitu ‘tiang’, dimanabiasanya tiang ini pada ruang-ruang tertentu muncul dan berada di dalamnya. Selanjutnya pada suatu perencanaan dapat juga memperlihatkan bahwa posisi tiang dandinding berada pada dimensi yang sama. Melihat rancangan Ken Yeang, dimana posisi keduanya yaitu antara tiang dan dindingtelah dibedakan dalam peletaknya. Pada konteks dekonstruksi tentang ‘pusat’ dan‘marjinal’ , dan melihat pengertian dari konsep ‘parergon’-nya Derrida, makapenempatan dinding yang seharusnya berada pada marjinal pada gedung tersebutditempatkan seolah-olah pada pusat bangunan yang dilindungi oleh beberapa buah tiangyang melindunginya. Peran tiang yang merupakan fungsi struktur bangunan tinggidiusahakan juga berperan sebagai alat pelindung dinding yang ditarik kepusat untukmenghindari pencahayaan yang berlebihan.Dinding-dinding bangunan yang selama ini dibiarkan sebagai komponen yang tidakberguna tetapi pada bangunan Gedung Mesiniaga peranan dinding yang ditarik kepusattersebut mempunyai peran yang sangat sentral dalam mengatur pencahayaan yangmasunk kedalam gedung. Dinding-dinding tersebut dipenuhi oleh kaca-kaca yangberfungsi untuk memasukkan berkas-berkas cahaya sehingga kegelapan didalamnyaterusir dan masuklah roh yang memberikan kehidupan pada bangunan ini sehinggaterjadilah proses kehidupan yang terjadi pada pembahasan sebelumnya. Cahaya ini terusmasuk pada siang hari dari bukaan- bukaan yang ada pada kulit-kulit bangunan dandiarahkan oleh lempengan-lempengan logam yang berada diluar dinding tersebut. Tetapipada malam hari kita melihat proses sebaliknya, keluarnya roh itu dari dalam gedungMesiniaga.e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara25
Page 26Keluarnya cahaya dari bangunan sangat kuat terasa pada bangunan tengah. Danpengeluaran cahaya ini terasa sangat memberikan arti bahwa bangunan tersebutmengisyaratkan pada lingkungan bahwa di dalamnya ada suatu roh dan kehidupan.Cahaya disini tidak sekedar merasuk kedalam ruang tetapi juga keluar dari ruangan,sehingga bentuk di sini adalah wadah dari roh, seperti falsafah Lao Tze tentang ruang.Bahwa yang penting adalah yang ada di dalam, kekosongan yang ada di dalam itu, dan inisemakin diperkuat dengan adanya aliran kehidupan dari keluar-masuknya cahayatersebut.Secara jelas terlihat peranan dinding yang berada dipusat dari lingkaran luar bangunaantersebut sangat sentral dan penting sekali di dalam mengatur pencahayaan alami GedungMesiniaga, dalam hal ini ‘sang’ dinding meninggalkan ‘sang’ tiang yang tetap dengankemarjinalannya. e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara26
Page 27Gambar 3.7.Pada rancangan denah Gedung Mesiniaga terlihat perletakan kolomyang berada diluar dari dinding gedung tersebut.Proses penukaran antara pusat dan marjinal terlihat pada bagian iniPENGULANGAN DAN MAKNA PADA RANCANGAN MESINIAGASuatu kata atau tanda memperoleh maknanya dalam suatu proses berulang (iteratif) padakonteks yang berbeda dimana secara konotif maupun denotif artinya akan memperolehstruktur yang stabil. Dalam arsitektur, penggunaan metafora secara berulang-ulang akanmembuka pemahaman yang lebih baik terhadap makna yang dimaksudkannya.Pengulangan/ serangkaian titik menunda kehadiran makna yang akan dimunculkan(dalam konteks bahasa). Ia juga merupakan waktu istirahat, jedah, memperlambat tempoatau mengarah pada ketidakthuan. Serangkaian tanda tanya menunda kehadiran maknatentang kebingungan, kegalauan, ketidakpastian, dan seterusnya. Serangkaian tanda serue-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara27
Page 28menunda kehadiran makna tentang kemarahan, kegeraman dan seteruanya. Dengandemikian pengulangan/ serangkaian titik, tanda tanya, tanda seru merupakan metaforadari ketidkthuan, kebingunan dan kemarahan.Pada bangunan Gedung Mesiniaga, pengulangan alat penangkis sinar matahari yangterbuat dari logam merupakan suatu tanda tanya tentang kehadiran suatu makna yangtersembunyi dibalik kehadirannya. Ibarat kepala seorang manusia yang ditutupi sebuahtopi, artinya manusia tersebut melindungi kepal dari sengatan sinar matahari, tetapi selaintopi dibutuhkan pula suatu bentuk dari topi tersebut sebuah penangkis cahaya yang dapatmenghindarkan mata dari silaunya matahari. Kemudian apa bila seorang manusia merasasilau terhadap sinar matahari sedangkan dia tidak menggunakan topi, secara reflektangannya akan digunakan sebagai penangkis sinar matahari. Kalau penangkis sinarmatari tersebut hanya diletakkan cuma sebuah pada bangunan Gedung Mesiniagatersebut, maka belum memberikan makna metafora dari sebuah ‘tangan manusia’ untukmenangkis matahari dari silaunya cahaya matahari, tetapi karena diberi secara berulang-ulang maka makna penangkis tersebut semakin jelas namun kehadiran makna sebenarnyadari sebuah ‘tangan manusia’ tetap tertunda dibalik kehadirannya, apalagipenempatannya berada pada bagian-bagian tertentu yang memang dibutuhkan akibatfungsi yang diembannya. Oleh karena itu akibat pemunculan lempengan tersebut semakinjelaslah makna melalui metafora ‘tangan manusia’ yang sedang menahan silaunya sinarmatahari.e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara28
Page 29Gambar 3.8.Pada gambar terlihat lempengan baja yang diletakkan padabagian-bagian tertentu secara berulang. Kehadirannya sebagaisebuah tanda tanya menunda sebuah kehadiran makna dari‘tangan manusia’ yang sedang menahan silaunya matahari yangmenyinari mata manusia tersebut.Gambar 3.9.Gambar yang memperlihatkansebuah konsep Penempatanpenangkis sinar matahari sebagai Sebuah metafora tangan manusia’yang sedang Dari silaunya cahayamataharie-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara29
Page 30PEMBACAAN DEKONSTRUKSI PADA AUDITORIUM INAMORIKONSEP RANCANGAN AUDITORIUM INAsegeraegelisahan nampak berkepanjangan, karena dalam kurun waktu yang cukup lama iarnyaMORIKegalauan dan kegelisahanmendera semangat dan mengusik batinTadao Ando ketika Inamori (RektorUniversitas Kagashima Jepang)memberikan kepercayaan untukmerancang Auditorium dan Hallperkuliahan di perguruan tinggiterkemuka di Jepang tersebut.Barangkali Ando tidak perlu begitucemas dan tertekan moralnya, jika ia hanya dihadapkan pada tuntutan fungsi dan bentuksemata, karena jauh lebih penting dari semuanya itu, ia ingin menjawab tantangan inidengan pemaknaan melalui pemahamannya terhadap “sesuatu” yang bersifat metafisik-transendental tentang fenomena alam.Ksama sekali belum mempunyai ide/ggasan awal yang akan memberikannya inspirasitentang bagaimana auditorium tersebut dapat dihadirkan secara fisik, sarat dengan makna.Hingga pada suatu pagi, ketika ia bersama Inamori sedang memancing bersama sambilbercengkrama bermain tebak-tebakan, Inamori bertanya: “Apa yang menjadikan (sebuah)telur itu?, dan dengan sigapnya Ando segera menjawabnya : “Mari saya tunjukkan, saya(telah) memilikinya”. Sambil tertawa kegirangan Ando mencoba meyakinkan Inamoribahwa ia baik-baik saja. Sejak saat itu Ando berhasil “menangkap” ide/gagasan “telur”untuk rancangan auditoriumnya yang baru dapat ia selesaikan pada November 1994.Dari kisah pertemuan ide/gagasan ”telur” untuk rancangan auditorium itu sebenayang nampak secara eksplisit di dalam benak kita barangkali adalah kaitan bentuk telurdengan tuntutan bentukan fisik auditorium, khususnya tuntutan teknis interiornya. NamunAndo “menangkap”nya lebih dari sekedar bentuk fisik telur. Ia menangkap “sisi lain” darikeberadaan telur yang secara metafisik-transedental merupakan fenomena alam. Betapaluas cakrawala pandang Ando ini ditandai dengan penguasaannya terhadap salurane-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara30
Page 31kreatifitas yang bersifat tangible dan intangible. Implementasi antara keduanyamenghasilkan sebuah karya yang menakjubkan dan cukup spektakuler.Indikasi adanya nilai-nilai dekonstruksi pada karya Ando ini diawali oleh keadaan bahwaEMBACAAN DEKONSTRUKSI AUDITORIUM INAMORIuntuk mengembangkandalam kompleks Universitas Kagoshima ini terdapat bangunan-bangunan terdahulu yangakan menjadi bertentangan jika kepadanya dihadirkan bangunan baru yang bersifatkontradiktif. Kondisi ini menggiring imajinasinya untuk segera menghadirkan konteksbaru yang memang harus berbeda dengan yang lama. Oposisi diantara keduanyamengilhami Ando untuk menciptakan bentukan rupa uniqueness. Selain itu pengeterapannilai-nilai dekonstruksi pada karya ini juga terdapat pada elemen-elemen dan komponenbangunan. Beberapa implementasi konsepnya terlihat pada upaya-upaya Ando untukmenyetarakan eksterior dan interior, makro dan mikro kosmos, outside-inside, inside-outside, dan lain-lain. Uraian yang lebih rinci akan disampaikn pada penjelasanberikutnya.PFENOMENA “TELUR” PADA KONSEP “DIFFERENCE”1Konsep difference-nya Derrida nampaknya dapat dimanfaatkanmetafisika “telur”-nya Ando dengan pemaknaan bahwa tanda menghadirkan sesuatu yangtidak hadir. Sedangkan telur itu sendiri merupakan tanda ketidakhadiran tentang “apayang bakal ditetaskannya” atau bisa juga diartikan bahwa telur itu merupakan tanda“kehadiran yang tertunda” dari apa yang bakal ditetaskannya. 1 Japan Architecture (1990), Tadao Ando : p. 42-46e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara31
Page 32Gambar 3.10.Tampak Depan Auditorium InamoriTelur merupakan metafora dari apa yang saat ini dilakukan oleh perguruan tinggi, berupariset/penelitian, eksperimen dan rekayasa. Apa yang bakal ditetaskan oleh telur adalahmetafora dari penemuan, penciptaan, pembaharuan dan perubahan yang bersifatfenomenal (unpredictable). Dengan demikian pemaknaan terhadap telurnya Ando dapatjuga diartikan sebagai upaya-upaya riset/penelitian, eksperimen dan rekayasa yangdilakukan oleh lingkungan akademis adalah untuk menhadirkan penemuan-penemuan,penciptaan-penciptaan dan inovasi-inovasi yang memang sulit diperkirakan sebelumnya,khususnya tentang spesifikasi/karakter dari apa yang dihasilkannya.Hal ini nampak pada harapan-harapan Ando untuk generasi yang akan datang.Keberadaan mahasiswa paling tidak merupakan penundaan atas kehadiran manusiaintelektual (sarjana). Misi perguruan tinggi adalah untuk membentuk manusia yang akanmenemukan dan mengembangkan “dunia baru” di masa depan. Perguruan tinggi wajibmenciptakan manusia-manusia ilmiah yang bisa eksis pada jamannya.Kemudian sebagaimana mestinya telur itu dimunculkan “garbha griya”-nya yang meng-“enclose” telur, hal ini adalah pencerminan dari :• Perlindungan oleh institusi/ lembaga perguruan tinggi terhadap riset dan penelitianyang dilakukan oleh “masyarakat”nya.• Pengabsahan/ legitimasi merupakan perlindungan atas produk/karya-karya yangdihasilkan oleh perguruan tinggi.e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara32
Page 33• Profesionalisme sumber daya manusia di perguruan tinggi melindungi kredibilitasnya.Sedangkan munculnya sebagian (ujung) telur, “menunda kehadiran dari keseluruhannya”,karena ia lebih merupakan sebuah proses, sebagaimana suatu riset/penelitian rekayasadan eksperimen akan mencapai keberhasilan jika dilakukan secara terus-menerus,berulang dan bertahap. Pemunculan sebagian dari keseluruhannya ini juga dapat diartikansebagai metafora dari keberadaan manusia yang merupakan bagian dari alam mahasiswabagian dari masyarakat akademis, pengetahuan bagian dari ilmu dan seterusnya.PEMBALIKAN HIRARKI KEBERADAAN AUDITORIUMAuditorium sebagai salah satu bangunan penunjang kegiatan perguruan tinggi,seharusnya memposisikan keberadaannya secara hirarki dibawah Gedung Rektoratsebagai bangunan pusat koordinasi, manajemen, penelitian dan lain-lain. Namun Andonampaknya memberikan peranan yang lebih penting pada bangunan auditoriumnya dalamkonteks bangunan baru terhadap bangunan lama, sehingga ia mampu menempatkankedua bangunan tersebut tidak secara hirarkis yang satu dibawah yang lain, tetapi sejajar.Hal ini mengingatkan pada konsep “both-and”, simultaneous presence both ataucontradiction juxtaposed- nya Venturi2(dengan memanfaatkan shock treatment danjuxtaposed contrast). Dengan demikian konteks bangunan lama dan baru oleh Andoberhasil disetarakan atau disejajarkan melalui penyandingan bersama.Dalam konteks yang lain pembalikan hirarki juga ditemukan pada upaya Ando untukmenyetarakan telur dengan garbha griya-nya. Dengan membuat transparan garbha griya,memungkinkan terlihatnya telur secara keseluruhan, sehingga keberadaan telur tidakharus nampak “tersembunyi” di dalam garbha griya-nya, sekalipun secara hirarkissebenarnya telur itu harus “terbungkus” di dalam garbha griya3. 2 Robert Venturi (1977): “Complexity and Contradiction in Architecture”, The Architectural Press Ltd, London: p.23-253 Saya kurang sependapat dengan komentar Josef Prijotomo dkk (1993), Dekonstruksi : BukanAsal Semmrawut, Makalah yang disajikan dalam rangka 28 tahun ITS, Surabaya. Pada presentasi tersebut, beliaumenyatakan bahwa e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara33
Page 34Upaya penyetaraan mikro kosmos terhadap makro kosmos pada konteks perlakuanterhadap ruang dalam/interior auditorium adalah bagian dari pembalikan hirarki lainnya,karena sebenarnya mikro kosmos dibawah makro kosmos. Upaya Ando untuk“memindahkan” nuansa langit pada malam hari dengan taburan bintang ke dalam interiorcangkang telur auditorium-nya merupakan indikasi yang mengarah ke sana. Indikasi ini bisa juga diartikan seperti menyetarakan outside dengan inside (outside-in)atau sebaliknya menyetarakan inside dengan outside (inside-out). Apa yang dilakukanoleh Ando ini sama halnya dengan upaya Daniel Libeskind ketika “grasp the stars” untukrancangan Jewish Museum-nya di Berlin4atau “Cahaya Tuhan”-nya Saarinen ketika iadipercayakan untuk merancang kapel MIT, Massachusets Institute of Technology5. DisiniSaarinen mencoba untuk “memasukkan” cahaya ke dalam “lubah sumur” yang dibentukoleh lempengan-lempengan metal dan digantung pada juntaian tali mengililingi altarkapel.KONTEKS PUSAT DAN MARJINAL PADA DESAIN AUDITORIUMAuditorium telur dan garbha griya yang meng-enclose-nya merupakan bangunan utamayang akan selalu menjadi pusat perhatian, sedangkan jalan masuk entrance dan terasmerupakan “bangunan aneka” sebagai pumpunan sekunder sana halnya denganmemarjinalkan pusat perhatian dan memusatkan elemen marjinal.Ando berhasil menyetarakan bangunan aneka terhadap bangunan utama dengan berusahamerancang jalan masuk, entrance dan teras bangunan sama baiknya dengan bangunanutama. pembalikan hirarki hanya terjadi pada program (non materi), karena menurut pendapat sayadalam berarsitektur pada akhirnya harus diwujudkan dalam bentuk materi.4 Anthony C. Antoniades (1990): “Poetics of Architecture”, Van Nostrand Reinhold New York, p.515 Majalah ‘Laras’, No 41/Mei 1992, hal 97-103e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara34
Page 35Lintasan jalan masuk ke dalam bangunan tidak dibuat hanya sekedar memindahkanpengunjung dari luar kedalam bangunan secepat dan sesegera mungkin sebagaimanalayaknya sistem transportasi vertical pada umumnya (tangga dan lift). Ando berhasilmenekuk dan mematahkan tradisi merancang secara konvensional ini, sehingga jalanmasuk entrance dan teras bangunan yang biasanya hanya bagian dari bangunan utama,kini mempunyai peran yang sama pentingnya dengan bangunan utamanya. KegigihanAndo untuk menyetarakan kedua hal tersebut diatas mengingatkan kita pada konsep“parergon”-nya Derrida yang berusaha untuk menyatakan antara lukisan denganbingkainya. Lukisan yang semula menjadi pusat perhatian, kini harus berbagi perhatiandengan bingkainya, artinya bingkai sebagai bagian dari unsur rupa juga mempunyaipeluang untuk dibuat sebaik lukisan itu sendiri.Ramp-ramp, jalan masuk utama dan sekunder menuju bangunan utama, dirancangsedemikian rupa (tidak seefisien tangga dan lift) sehingga merupakan elemen bangunanyang juga harus mendapatkan perhatian pengamat, karena tidak hanya sebagai pelengkappenderita saja, tetapi sebagai “bangunan” yang menyatu dengan keseluruhannya.PENGULANGAN DAN MAKNAPengulangan/ serangkaian titik menunda kehadiran makna yang akan dimunculkan(dalam konteks bahasa). Ia juga merupakan waktu istirahat, jedah memperlambat tempoatau mengarah pada ketidaktahuan. Serangkaian tanda tanya menunda kehadiran maknatentang kebingungan, kegalauan, ketidakpastian dan seterusnya. Serangkaian tanda serumenunda kehadiran makna tentang kemarahan, kejengkelan, kegeraman dan seterusnya.Dengan demikian pengulangan/serangkaian titik, tanda Tanya, tanda seru merupakanmetafora dari ketidaktahuan, kebingungan dan kemarahan.Pada kasus bengunan auditorium-nya Ando ini, pengulangan kolom-kolomberpenampang bulat pada ruang transisi (lobby/hall) semakin mempertegas maknatentang terkurungnya telur oleh wadahnya (ghraba griya). Keberadaan kolom-kolombulat yang diletakkan diantara batas tepi bangunan (curtain wall) dan auditoriume-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara35
Page 36cangkang telur beton ekspos semakin mempertegas “bermukim”-nya telur di dalamgarbha griya-nya, karena batas pandang pengamatan akan segera terbentur pada sosokmassif-solid bentukan telur begitu pancaindera kita berhasil menembus kaca berbingkaidan deretan kolom-kolom tersebut.Eksistensi didalam garbha griya ini sedemikian kuatnya ketika kita mencoba mengamatibangunan tersebut dari beberapa sudut pandang mulai dari sisi Timur berputar kearahSelatan dan berakhir pada sisi Baratnya. Munculnya silhouette telur secara berulang-ulang semakin memperkuat makna tentang metafisik telur yang akan segera menetaskansang “jabang bayi” masa depan. (lihat denah, tampak, potongan dan gambar-gambar lainpada lampiran).Keberadaan telur dipusat garbha griya pada saat kita mengamatinya dari arah Timur, akansegera ikut bergeser kearah kanan ketika bergerak menuju ke Selatan dan terusmengelilingi sampai ke arah Barat. Sekuensi hasil pengamatan ini kana berubah-ubahsebagaimana munculnya ujung telur dan “mulut” garbha griya (batas tepi dindingbangunan). Pemunculan pembahasan tentang “telur” secara berulang-ulang sejak awaldalam konteks yang berbeda semakin memperjelas makna melalui metafora telur.e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara36
Page 37Gambar 3.11.Denah Lantai Basement, Lantai 1, Lantai 2 dan Lantai 3Gambar 3.12Tampak DepanAuditorium InamoriGambar 3.13.Gambar Potongan memanjangAuditorium Inamorie-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara37
Page 38PEMBACAAN DEKONSTRUKSI PADA KANTOR WISMAKHARMANKONSEP RANCANGAN KANTOR WISMAKHARMANKantor ini merupakan sebuah biro arsitek yang terletak di kota Semarang dan dipimpinoleh seorang arsitek Indonesia yang dikenal sebagai salah satu tokoh postmodern.Sebagai seorang pemimpin dari sebuah perusahaan dan pencetus ide dari karyaarsitekturnya, bangunan ini sarat dengan kesempatan penafsiran secara dekonstruksi.Andy Siswanto, menyelesaikan pendidkan S1 arsitekturnya di UGM dan melanjutkanpendidikan S2 arsitekturnya di University of Wisconsin-Milwaukee. Arsitek yang gemarmengunjungi museum dan penggemar musik klasik ini adalah serang arsitek yangmempunyai visi jauh kedepan, kaya akan kreatifitas dan pernah memperoleh berbagaipenghargaan, antara lain “Chicago Award” – American Institute of Architect untukArchitectural & Interior Design, “Thesis Award” – University of Wisconsin, dan“Summer Meeting Place” – Student Competition di Woschester College, OxfordUniversity.Sebagai salah seorang tokoh postmodern yang ada di Indonesia, Andy Siswanto tidak sajaseorang arsitek yang sering mendapatkan penghargaan melainkan juga seorang pemikirdan penulis. Tulisannya di beberapa majalah arsitektur atau pernyataannya di beberapaseminar menunjukkan penghargaannya yang besar terhadap dekonstruksi danperhatiannya yang tinggi terhadap perkembangan arsitektur di Indonesia.e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara38
Page 39Gambar 3.14.Axonometri WismakharmanBangunan ini pernah juga menjadi salah satu karya yang diangkat dalam pembicaraansebuah Seminar Arsitektur di ITS tahun 1995. Tulisan yang diberi topik “Proses Kreatifdalam Postmodernisme” ini juga menampilkan sajian kritis dari Josef Prijotomo terhadapbangunan Kantor Wismakharman. Dengan melihat adanya pengaruh arsitektur nusantaraterhadap karya ini, membuatnya memposisikan karya ini lebih ke dalam arsitektur purna-modern. Melalui pengkajian yang berbeda, dengan asas-asas dekonstruksi diharapkane-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara39
Page 40dapat menemukan konsistensi dari Andy Siswanto terhadap dekonstruksi pada bangunanini. Hal ini akan semakin menunjukkan kebenaran dekonstruksi, yaitu pembacaan sebuahkarya arsitektur sebagai teks, melalui pembacaan dengan sudut pandang yang berbedaakan di dapatkan hasil penggambaran yang berbeda pula.Gambar 3.15.Tampak Depan WismakharmanPenelaahan lebih lanjut untuk melihat pembacaan dekonstruksi pada bangunan inidilakukan dengan menggunakan asas-asas dekonstruksi seperti yang dilakukan MichaelBenedikt dalam melihat The Kimbell Art Museum karyanya Louis Kahn yaitu : diffrance,hierarchy reversal, marginality and centrality dan iterability and meaning terhadap denah,tampak dan ruang dalam bangunan kantor Wismakharman ini.PEMBACAAN DEKONSTRUKSI KANTOR WISMAKHARMANRuang DalamRuang RapatPerletakan ruang rapat di lantai atas ini mempunyai posisi belahan sebelah kiri daribangunan, dan memiliki sebuah teras kecil yang berada di luar bangunan. Ruang rapatberada di tengah-tengah ruang studio yang menjadi ruang utama dari bangunan ini.Pengambilan ide bentuk ruang rapat dari bangunan yang ada di pinggiran kota sebagaibangunan pengasapan ke tengah-tengah bangunan telah membalikan posisi ruang ini,e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara40
Page 41yaitu dari yang terletak di marginal/pinggiran dari sebuah kota dipindahkan poisisinya kesentral/pusat bangunan ini. Josef Prijotomo6melihatnya lebih dari usaha yang dilakukanAndy yang tidak dapat menghindari keinginannya memasukkan bentukan tradisional inike dalam karyanya. Sedangkan secara asas dekonstruksi, proses ini dikenal denganprinsip marginality and centrality, yaitu pembalikan posisi dari marginal ke sentral. Halini sekaligus juga dapat menunjukkan adanya pembalikan hirarki (hierarchy reversal)dari sesuatu yang tidak penting (dari daerah pinggiran) menjadi sesuatu yang saangatpenting (berada di daerah pusat, bila dilihat dari penempatannya.Gambar 3.16Ruang Rapat6 Josef Prijotomo dkk (1993), Dekonstruksi, Bukan Asal Semrawut, Makalah yang disajikandalamrangka 28 tahun Arsitektur ITS, Surabaya.e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara41
Page 42Balok yang ada diatas puncak atap ruang rapat ini dimunculkan bukan sebagai sebuahkonstruksi yang berfungsi sebagai penopang atap bangunan, melainkan dihadirkansebagai tempat untuk menggantung sebuah lampu. Keberadaan lampu menjadisedemikian penting sehingga harus dibutuhkan sebuah balok yang cukup besar danpanjang untuk menahannya dari atas. Pemanfaatan sebuah balok yang diletakkan dipuncak atap sebagai tempat menyangga lampu merubah fungsi semulanya sebagai sebuahkonstruksi. Pembalikan nilai dari sesuatu yang sangat penting, yaitu sebuah balok sebagaiunsur dari sebuah konstruksi bangunan menjadi hanya sekedar sebagai penopang lampu,merupakan gambaran dari sebuah asas hierarchy reversal. Selain itu pemunculan balokyang berhenti di tengah-tengah seakan menunjukkan bahwa balok tersebut dipotongsecara sengaja atau menunjukkan adanya suatu pekerjaan yang belum selesai, penundaanpekerjaan ini dikenal sebagai proses postponing di dalam difference.Ruang TungguRuang tunggu yang berada di pojok depan sebelah kanan dari lantai atas ini memilikikeistimewaan tersendiri bagi bangunan. Bentuk balkon seperempat lingkaran yangdilapisi oleh tembok yang ternyata terlepas dari ruangan tunggu ini tidak sepenuhnyadilindungi oleh atap dari bangunan. Dengan melepaskan dinding ini dan membiarkannyaterbuka, amak terang alam dan tetesan air hujan dapat menembus dri atas. Masuknyaunsur luar bangunan ke dalam ruang tunggu ini sebagi salah satu unsur estetika,menjadikan daerah ini menjadi daerah luar (outside) dari ruang yang ada disekitarnya(ruang administrasi). Sedangkan dari posisi sebenarnya ruang ini terletak pada daerahdalam bangunan (inside). Dengan demikian, permasalahanya adalah masalah perletakkan“banal” (dua hal yang berpasangan), inside dan outside digunakan sebagai wilayah yangsama pentingnya dan menempati posisi yang dapat dibolak-balik.e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara42
Page 43Gambar 3.17.Ruang TungguRuang DirekturRuang direktur ini diletakkan dilantai atas berdekatan dengan ruang administrasi danruang tunggu tamu. Seperti yang dipertanyakan oleh Josef Prijotomo7dalam sajiankritisnya di dalam melihat suatu kondisi seperti ruang direktur ini, adalah melihat posisiAndy Siswanto selaku pimpinan dari stusio arsitek atau lebih kepada posisinya sebagaiseorang perancang.7 Josef Prijotomo dkk (1993), Dekonstruksi, Bukan Asal Semrawut, Makalah yang disajikandalamrangka 28 tahun Arsitektur ITS, Surabaya.e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara43
Page 44Gambar 3.18Ruang DirekturSebagai seorang pimpinan tentunya Andy adalah tuan rumah bagi tamu-tamu yangdatang, dan penempatan ruang yang mengarah ke ruang tunggu adalh bentukpenyambutan yang diberikannya kepada setiap tamu atau klien. Namun, melaluipemilihan dinding yang cenderung tertutup ini, ia seolah-olah ingin menunjukkan adanyapembedaan secara tegas kegiatan administrasi di luar dan di dalam. Sebagai seorangpemimpin, Andy Siswanto hanyalah penentu kebijaksanaan dan keputusan bukan pelakukegiatan administrasi. Mungkin melalui pembedaan inilah (distinction between things),Andy sebagai seorang arsitek tidak ingin dianggap hanya sebagai seorang administratordi dalam kantor ini.Ruang StudioRuang kerja yang menjadi kegiatan utama kantor ini hamper mendominasi seluruh ruangyang ada, baik di lantai bawah maupun di lantai atas. Ruang yang penuh dengan meja,komputer dan tentu saja meja gambar, membuat gambaran sebuah biro arsitek yange-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara44
Page 45cukup professional. Perhatiakan pemilihan perabot yang ada di sini, meskipun tidakterbatasi oleh bentuk ruang melingkar tetapi pemilihan meja yang setengah melingkaradalah menunjukkan kesadaran dari pemilik bangunan dalam menhadirkan sesuatu yangtidak lazim berada di arsitektur modern.Gambar 3.19Ruang RapatTampak BangunanTampak DepanBangunan ini memiliki dua lantai (lantai bawah dan lantai atas) yang dihubungkanmelalui dua buah tangga yang terpisah, yang satu adalah sebuah tangga putar yangterletak ditepi dalam dari bagian bangunn di sebelah belakang yang dapat dicapai dariluar melalui sebuah tangga menuju lantai atas ini memiliki keunikan-keunikan tertentupada tampang depannya. Dengan adanya tangga menuju lantai atas, sehingga lantaidasar/bawah seakan-akan menjadi penopang dari keberdaan lantai dasarnya. Apalagidengan ditutupinya tampang depan bangunan dengan pagar tanaman, semakinmengisyaratkan bangunan ini bagaaikan sebuah bangunan panggung. Mengenai taangga,kitannya dengan tapak bangunan yang miring ke belakang memberi kemungkinan bagitangga depan untuk seakan berpoisisi sebagai split level, khususnya anatar lantai dalamdan teras bangunan dengan titik tanah di pekarangan bangunan.e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara45
Page 46Gambar 3.20.TampakBangunanWismakharmanGambar 3.21.Tampak DepanTerasKeberadaan dua teras pada tampak depan bangunan ini sangat menarik, seperti yangterlihat pada foto-foto dibawah ini. Kehadiran teras di sebelah kanan yang seakane-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara46
Page 47menyambut setiap tamu yang masuk lewat tangga ini mempunyai satu buah pintu di sisimelingkarnya. Keberadaan atap teras dengan warna atap birunya yang cukup menyolokdan bentuknya yang tidak lazim ditemukan pada bangunan-bangunan perkantoranumumnya, secara sekilas mampu menandakan bangunan ini bukanlah bangunan modern.Bentuk atap dengan konstruksi yang sederhana ini mengalami penyelesaian yang tidakseperti biasanya, yaitu dengan tidak diselesaikannya seluruh penutup atap sehingga adasebagian kecil di depan yang menunjukkan konstruksinya secara telanjang. Prinsip daridifference sebagai proses dekonstruksi dapat terlihat di sisni melalui adanya penundaan(postponing), yaitu dengan tidak terselesaikannya penggarapan atap dari teras ini.Penundaan yang digunakan dalam penyelesaian atap ini ternyata mampu menampilkansesuatu yang lain dan lebih indah. Atap dari teras ini sekaligus juga menghadirkan adanyapresence dan absence, dimana presence dihadirkan melalui bentuk awan/mendung paadaatap ini yang dapat dirasakan akibat dari penundaan pekerjaan atap, sedangakn absencelebih diungkapkan melalui kenyataan dari awan/ mendung yang sebenarnya tidak ada.Gambar 3.22.Teras KananTeras di sebelah kiri bangunan ini merupakan teras dari ruang rapat yang ada di lantaisatu. Teras yang sebenarnya lebih merupakan sebuah jendela terbuka yang menjorok kedepan ini mempunyai luasan yang cukup kecil, sehingga teras ini tidak dapat diharapakane-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara47
Page 48mampu menampung lebih dari dua orang peserta rapat yang ingin menghirup udara luar.Seperti juga pada teras sebelah kanan, presence dan absence dapat dirasakan melaluipekerjaan atap teras yang berupa rangka konstruksi tanpa adanya lembaran dari penutupatap. Penundaan ini dapat hadir karena tidak terselesaikannya atap dari teras ini,sedangkan keberadaan dari atap tetap dapat dirasakan (presence) meskipun sesungguhnyafungsi atap sebagai peneduh tidak dapat terpenuhi (absence).Gambar 3.23.Teras KiriHadirnya sebuah pintu kaca di teras ini tidak seperti yang biasa kita lihat pada bangunanmodern, dengan digesernya salah satu sisi pintu dari dinding yang menjadi lubang pintu,maka pada sudut pandang tertentu daun pintu tidak akan kelihatan. Menyembunyikandaun pintu secara sengaja ini tentunya akan membuat keberadaan pintu tidak sekedarsebagai penghubung antara dua ruang, apalagi dengan adanya pengolahan balok-balokkayu yng dicat merah di sisi atas dari pintu tersebut, menunjukkan bahwa sebuah pintudapat diolah sedemikian rupa sehingga menjadi berbeda. Seperti yang diungkapkanDerrida maupun Benedikt, penyembunyian (dissembling) seperti yang dilakukan padapintu tersebut mampu memperkaya dalam pengolahan unsur-unsur sebuah arsitektur.e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara48
Page 49Dissembling dalam hal ini juga mengakibatkan hadirnya presence dan absence darisebuah pintu secara bersamaan. Sudut pintu di sebelah kiri hadir melalui kusen pintuyang menempel pada dindingnya (presence), di mana sesungguhnya sisi pintu sebelahkiri tidak berada di situ, melainkan menjorok ke dalam (absence).Gambar 3.24.Teras BelakangKonsep dan Denah BangunanBangunan yang berada pada tapak yang tidak terlalu luas ini diselesaikan dengan cukupjeli. Penggunaan garis-garis yang tidak sejajar dengan melakukan pembelokkan bentukpada sudut-sudut tertentu. Seperti yang dilakukannya pada rung istirahat, ruang studiodan perpustakaan di pojok sebelah kanan dan tangga putar di lantai bawah serta ruangrapat dan rung tunggu di lantai atas. Hal ini menunjukkan keinginan perancangannyauntuk membuat sesuatu yang tidak lazim dilakukan dlam arsitektur modern, dimanaketeraturan dan fungsionalitas menjadi pertimbngan utama.e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara49
Page 50Gambar 3.25.Pola Lantai DasarWismakharman Gambar 3.25a.Pola Lantai SatuWismakharmanPola LantaiDari denah yang menunjuk pada pola lntai ini dapat diketahui adanya pembedaan yangkalau dilihat dari fungsinya, akan menunjukkan pembedaan jenis kegiatan. Pada lantaibawah ini, pola lantai dibagi menjadi dua secara tegas menjadi perwilayahan sebelah kiridan kanan. Sedangkan di lantai atas pembagiannya menurut tatanan ruang yang ada diluar dan di dalam. Di sisni secara jelas melalui pembedaan pola lantai antara lantai bawahdan lantai atas, perancang ingin menunjukkan adanya usaha untuk melakukan pembedaane-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara50
Page 51meskipun bangunan hanya terdiri dari dua lanati. Pada asas dekonstruksi hal ini dikenaldengan istilah difference yang mempunyai makna differences, yaitu adanya pembedaanantara dua hal (distinctions between things).Kalau kita melihat keberadaan perpustakaan di sebelah pojok kanan bagian belakang darilantai bawah ini, dengan pola lantai yang menyatu dengan pola lantai bawah sebelahkanan dan penggunaan dinding pembatas yang transparan, maka sepintas kita tidak akandapat menemukan ruang tersebut. Ruang perpustakaan disembunyikan keberadaannyadalam ruang studio, salah satu teknik ini dapat dilakukan melalui asas difference denganmelakukan penyembunyian (dissembling). Dari penyembunyian ini maka inside danoutside juga disejajarkan posisinya apalagi bila ditambah dengan adanya pengulangn(iterability) pada penggunaan jendela dan pintu. Pengulangan kusen yang sama didinding luar terhadap dinding yang ada di dalam semakin membuat sejajar posisi dariinside dan outside, ruang kerja di luar bisa menjadi inside terhadap luar bangunan danoutside bagi ruang perpustakaan yang di dalam. Tetapi begitu pula sebaliknya ruangperpustakaan bisa menjadi outside bagi ruang kerja yang ada di luar. Perpindahan posisidari inside dan outside ini dapat dibolak-balik.Gambar 3.26.Perpustakaane-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara51
Page 52TanggaKeberadaan tangga putar sebagai satu-satunya penghubung antara lantai dasar dan lantaisatu diletakkan pada periferi bangunan, dapat dirasakan di sini bahwa sesuatu yangseharusnya (perletakan tangga pada arsitektur modern) diletakkan di tengah namun padabangunan ini bahkan ditarik ketepi. Bagian sentral (tangga penghubung) yang seharusnyamenjadi pusat dari bangunan ini telah ditarik ke periferi bangunan. Dengan demikianposisi tengah seakan-akan kehilangan pusatnya, sehingga tengah hanya menjadi sebuahtempat dan bukan orientasi. Salah satu asas dekonstruksi yang dapat menjelaskan hal iniadalah asas marginality dan centrality, dimana posisi pusat dan pinggiran ditukar ataudipertentangkan atau ditindas/ditahan secara dekonstruksi. Adanya perpindahan posisi inijuga menunjukkan bahwa keberadaan dari satu-satunya penghubung antara dua lantai inimenjadi tidak penting artinya.Gambar 3.27.Tangga PutarPenggunaan tangga putar yang lazim digunakan sebagai tangga servis atau tangga darisebuah pabrik ini digunakan sebagai tangga utama dari bangunan kantor ini yaitu sebagaisatu-satunya yang menhubungkan antara lantai bawah dan lantai atas. Tangga inimemanfaatkan kolom structural dari bangunan sebagai kolom structural tangga.Pengolahan pada pegangan tangga berwarna merah yang terlepas dari struktur tangganya,seakan-akan ingin menunjukkan bahwa ini bukan sekedar tangga servis atau tangga yange-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara52
Page 53biasanya digunakan di pabrik. Dengan dimikian diharapkan dapat merubah nilai yangselama ini dianggap tidak penting karena berada di daerah servis atau bangunan sebuahpabrik, menjadi sebuah tangga yang mempunyai nilai penting karena fungsinya sebagaitanngga utama dan peletakkannya pada sebuah bangunan kantor. Pembalikan hirarki inimenurut Bernard Tschumi8adalah program dekonstruksi yang dinamakandisprogramming, yaitu program pabrik yang dimunculkan pada program kantor denganmenampilkan sebuah tangga putar.Program disprogramming ini juga dilakukan kembali dengan menghadirkan tangga depansebagai jalan masuk bagi setiap pengunjung atau tamu yang akan datang. Konsistenpenggunaan tangga pabrik ini terlihat dari bentuk dan bahan yang digunakan. Sebagai satu-satunya jalan masuk ke dalam bangunan (kecuali lewat garasi yang menjadipintu servis), tentu saja tangga ini menjadi sebuah tangga utama yang menghubungkanantara ruang luar dan ruang dalam bangunan. Dengan menempati posisi di depan, makatangga ini sekaligus menjadi bagian dari wajah depan bangunan yang pertama kaliterlihat dari luar. Dengan demikian, tangga ini telah mendapatkan posisi yang sangatpenting, tidak saja secara fungsi tetapi juga dari perletakan tangga ini sebagai bagian daritampang depan bangunan. Prinsip hierarchy reversal melalui disprogramming initentunya akan mampu merubah persepsi orang tentang kelaziman dan hirarki yangternyata dapat dibolak-balik. 8 Seperti yang dijelaskan Bernard Tschumi pada buku Geoffrey Broadbent (1991), Deconstruction: A Student Guide, London: Academy Edition.e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara53
Page 54Gambar 3.28Tangga DepanJenis KegiatanMelihat dari jenis-jenis kegiatan yang ada pada bangunan ini, maka dapat dibedakanadanya pemisahan kegiatan yang cukup tegas antara kegiatan operatif (studio) dankegiatan non operatif (pelayanan dan administrasi). Pada lantai bawah, kegiatan operatif(yaitu rang studio dan perpustakaan) berada di sisi sebelah kanan sedangkan pada lantaiatas dibalik penempatannya menjadi sisi sebelah kiri (yaitu ruang studio dan ruang rapat),begitu juga dengan kegiatan non operatifnya. Pada lantai bawah, kegiatan nonoperatif/pelayanan (yaitu ruang istirahat, gudang, km/wc, garaasi, dapur dan ruangmakan) berada di sisi sebelah kiri, sedangkan di lantai atas kegiatan nonoperatif/administrasi (yaitu ruang tunggu, ruang administrasi dan ruang direktur) beradadi sisi sebelah kanan.Dengan melihat bangunan sebagai dua belahan sisi kanan dan sisi kiri, mka dapatdirasakan aanya pembalikan posisi dari kegiatan yang ada di bawah dan diatas. Bilasebelumnya kegiatan operatif dilantai bawah dapat ditemukan di sebelah sisi kanan, makadengan menaiki tangga putar kita akan menuju daerah dengan kegiatan yang sama(operatif) meskipun kita sedang berada di sebelah sisi kiri bangunan. Kesamaan padae-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara54
Page 55kegiatan yang dilakukan membuat kita tidak merasakan bahwa kita sudah berda di lantaiyang tidak sama. Secara penempatan, tangga putar telah membalikan posisi dari yangsebelah kanan (di lantai bawah) beralih ke sebelah kiri (lantai atas). Proses pembalikanhirarki (hierarchy reversal) dari lantai dasar ke lantai satu, dimana kegiatan non operatif(lantai dasar) melalui tangga putar seakan ikut diputr/dibalik menjadi kegiatan operatif(lantai satu). Begitu pula untuk kegiatan operatif di lantai dasar diputar menjadi kegiatannon operatif di lantai satu, menunjukkan adanya penggunaan salah satu asas dekonstruksitersebut yaitu hierarchy reversal. Selain itu, tangga juga berhasil meneruskan kegiatanoperatif yang ada di lantai bawah ke lantai atas, hal ini sesuai dengan yang dimaksudBenedikt sebagai difference dalam pengertian deferral, yitu proses meneruskan (passingalone).Gambar 3.29.Susunan kegiatan pada Lantai Satue-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara55
Page 56Gambar 3.30.Susunan kegiatan pada Lantai DasarPerabot dan SirkulaiDari pengolahan ruang dan perletakan perabot, maka kita akan dapat melihat sirkulasiyang ada pada bangunan ini. Yang menarik di sini adalah perletakan pintu pada lantaisatu, mulai dari tangga menuju teras, kemudian masuk ke dalam bangunan, sirkulasipengunjung dihadapkan pada keberadaan dinding atau sesuatu yang menjadi penghalang.Bukan kemudahan jalan yang disuguhkan melainkan misteri yang ditawarkan untukpengunjung. Begitu juga dengan sirkulasi di dalam bangunan, pintu dan tangga yangseharusnya dengan mudah dapat dilihat, sehingga orang dapat dengan cepatmengenalinya bahkan telah disembunyikan (dissembling). Hadirnya perabot yangmemanfaatkan bahan-baahn bekas, lagi-lagi digunakan oleh Josef Prijotomo9untukmelihat masuknya unsure-unsur lama ke dalam karya ini. Mulai dari potongan besisebagai penggalan, balok-balok kayu yang sudah mengalami penghancuran karena9 Josef Prijotomo dkk (1993), Dekonstruksi, Bukan Asal Semrawut, Makalah yang disajikandalamrangka 28 tahun ITS.e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara56
Page 57termakan rayap, tiba-tib saja dipergunakan sebagai kaki dan alas meja rapat. Daur ulangbahan bekas ini membuat Josef Prijotomo memberikan penghargaan yang tinggi kepadaAndy Siswanto sebagai seorang pemulung yang berhasil memanfaatkan penggalan danpotongan bahan bekas menjadi unsur pembentuk karya seni arsitektur (seni perabot).Sedangkan bagi dekonstruksi hal ini bisa dilihat dari adanya pembalikan hirarki(hierarchy reversal), dimana unsur-unsur yang tidak beharga/bernilai seperti penggalandan potongn dari bahan bekas tersebut diangkat menjadi barang berguna dan bahkandengan pengolahan lebih lanjut mampu mempunyai nilai yang tinggi sebagai sebuahkarya seni. Usaha merubah nilai pada bahan bekas selain itu juga mampu menunjukkankemampuan dari biro arsitek ini dalam hal merancng sebuah karya seni.4KESIMPULANUpaya pelacakan terhadap indikasi dekonstruksi bagi karya-karya semacam ini nampaklebih rumit, karena kita harus menemukan ide-ide/ gagasan-gagasan awal yang‘ditangkap’ oleh arsitek, sehingga hal ini akan dapat mempermudah upaya pelacakanselanjutnya terhadap faktor-faktor dan unsur-unsur yang mempengaruhinya. Kekurangdata, gambar, sketsa menyebabkan penafsiran dekonstruksi bagi sebuah banguna tidakdapat tampil secara maksimal, apalagi kekurangan tentang makna sebuah konsepperencanaan gedung tersebut. Dari prinsip yang dipegang oleh Kenneth Yeang bahwa ia akan terus mencari danmencari bentuk yang baru, konsep yang baru dari faham yang sedang dia geluti dan tidakmembiarkan dirinya berhenti timbullah sebuah arsitektur yang ‘hidup’. Dekonstruksidalam arsitektur telah membawa warna yang bervariasi. Jika dikatakan membawakemajuan mungkin terlalu extrem, karena itu akan lebih tepat jika dikatakan dekonstruksi“memperkaya” arsitektur. Jika kita meninjau perkembangan dunia arsitektur selamabeberapa abad yang lalu maka dalam cara orang membangun kita menjumpai suatuperubahan yang mendasar. Perubahan penting ini ialah pergeseran ciptaan arsitektur.Kalau dahulu arsitek menjadi pencipta tunggal dari ciptaannya, sekarang dia menjadie-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara57
Page 58koordinator kreasi arsitektur. Terlepas dari konteks diatas, dan merujuk dari yang pernahdikatakan oleh Louis Kahn, yaitu tentang pernyataan ‘Let it be’-nya. Hal ini memberikanmakna bahwa sebuah karya arsitektur setelah berdiri akan memiliki hidupnya sendiri,terlepas dari keinginan arsitek itu sendiri. Inilah yang dapat menjadi sasaran daripembacaan Dekonstruktif.Selanjutnya Tadao Ando adalah seorang arsitek metafisikan yang meng-implementasikanpemikiran-pemikiran metafisik-transendentalnya secara “terselubung” pada arsitekturdekonstruksi. Dengan demikian eksposisi arsitektur dekonstruksinya tidak banyakdiekspresikan pada unsur seni rupa, bentuk atau wujud, tetapi lebih banyak dirahakaanpada kandungan nilai-nilainya yang sarat makna. Secara eksplisit karya Ando ini nampakseperti karya arsitek modern lainnya, tetapi setelah dilacak secara seksama ternyata iamemuat sejumlah nilai-nilai prinsipal dekonstruksi arsitektur.Selanjutnya dari hasil pembacaan yang dilakukan pada karya Andy Siswanto yaitusebuah kantor Wismakharman diatas, telah banyak menunjukkan konsistensi perancangterhdap dekonstruksi. Melalui bermacam-macam asa dekonstruksi yang digunakan danbeberapa teknik olah terhadap unsur-unsur arsitekturnya, menghadirkan sebuah karyayang mampu menghilangkan kebosanan bagi penikmat bangunan terhadap karyaarsitektur selama ini.Akhirnya seperti yang telah dilakukan Benedikt terhadap Museum Kimbell, dengan asas-asas (prinsip) dekonstruksi yaitu difference, hierarchy reversal, marginality andcentrality, iterability and meaning, mampu memberikan dan menunjukkan dekonstruksiyang ada pada ketiga bangunan diatas. Meskipun dekonstruksi masih merupakan sebuahperdebatan panjang yang belum membuahkan kesepakatan pemahaman yang sama, tetapisetidaknya melalui asas-asas (prinsip) dekonstruksi tersebut usaha pengkayaan olaharsitektur sudah dapat dilakuakn. Sehingga kebosanan bagi para arsitekpun dapatdihindari.e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara58
Page 59DAFTAR PUSTAKA---------(1995), Majalah Arsitektur Imarta, SKETSA edisi 11, Universitas Tarumanagara,Jakarta.Antoniades, Anthony. C (1990) “Poetic of Architecture”, Van Nostrand Reinhold NewYorkAshihara, Y., Merancang Ruang Luar, alih bahasa oleh Sugeng Gunadi, PT. Dian Surya,1983.Atmadi, Parmono dkk (1997), Perkembangan Arsitektur dan Pendidikan Arsitek diIndonesia, Gajah Mada University Press.Benedikt, Michael (1991), Deconstructing The Kimbell: An Essay on meaning andArchitecture, New York: Site Books.Broadbent, Geoffrey (1991), Deconstruction: A Student Guide, London: AcademyEdition.Japan Architecture (1990): “Tadao Ando”Klassen, W., Architecture and Philosophy, University of San Carlos, Philippine, 1990,p.11. Laras, Majalah Arsitektur No.41/ Mei 1992Prijotomo, Josef (1993), Dekonstruksi: Bukan Asal Semrawut, Makalah yang disajikandalam rangka 28 tahun Arsitektur ITS SurabayaPrijotomo, Josef dkk (1996), Arsitektur Dekonstruksi, dalam tinjauan Indonesia,Kanisius.Siswanto, Andy (1993), Proses Kreatif dalam Postmodernisme, Makalah yang disajikandalam Seminar Arsitektur”Arsitektur Nusantara, Keajegan dan Perubahan”, ITSSurabaya.Sumaryano. E (…….), tulisannya mengenai Jacques Derrida pada buku ArsitekturDekonstruksi, dalam tinjauan Indonesia, Kanisius.Susanti, Ivy (1997), Dekonstruksi, Arsitektur, dan Arsitektur Dekonstruksi, MajalahArsitektur Imarta, SKETSA edisi 13, Universitas Tarumanagar, JakartaVenturi, Robert (1997): “Complexity and Contradiction in Architecture”, TheArchitectural Press, Ltd, Londone-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara59
Page 60Wigley, Mark (1993): “The Architecture of Deconstuction, Derrida’s Haunt, MIT PressCambrige, Massachussets, London, England. e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara60