TEORI PERHITUNGAN TEODOLITH

 

 

 

 

KATA PENGANTAR

 

 

Puiji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kami panjatkan karena anugerah-anugerahnyalah tugas laporan ilmu ukur tanah ini dapat kami selesaikan dengan baik.

            Praktik ini merupakan suatu kewajiban bagi kami sebagi mahasiswa fakultas teknik sipil dan perencanaan Universitas Sains dan Teknologi Jayapura, yang mengambil mata kuliah tersebut. Tugas praktikum ilmu ukur tanah ini kami susun secara praktis, yang merupaka realisasasi dari praktik ukur tanah yang telah di lakasanakan di lokasi kampus.

            Dalam proses penyusuna tugas praktikum ilmu ukur tanah tentunya kami tahu banyak terdapat kekurangan untuk itu kritikan dan saran yang bersifat membantu dan membangun dari rekan-rekan pembaca sekalian sangat kami harapkan. Kami berharap dengan adanya tugas ini dapat menambah dan meningkatkan pengalaman maupun penalaran dalam kesalahan ilmu teknik Arsitektur.

            Akhir kata kami sebagai penulis penyusunan laporan ini mengicapkan terima kasih yang sebesr-besarnya kepada Bpk. Didik Riyadi Mabui,ST dan Bpk.Meidi,  yang telahmembantu dalam penyelesain tugas ini serta rekan-rekan yang telah membantu kami demi untuk tercapai dan selesainya tugas laporan ini.

 

 

                                                                                                Jayapura,

 

 

Penyusun:

 

 

 

 

 

 

 

Patricia.M.A

Nim. 02 122

 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1             Latar belakang

Ilmu ukur tanah adalah bagian ilmu yang lebih luas yang disebut " Geodesi " sedangkan geodesi sendiri mempunyai dua tujuan antara lain :

a)     Tujuan Ilmiah : Menentukan tinggi permuka

b)     Tujuan Praktis : Membuat gambar dari sebagian kecil atau sebagian besar dan   permukaan bumi yang dinamakan peta.

Mata kuliah ilmu ukur tanah jurusan Arsitektur hanya mempelajari  praktisnya saja, yaitu membuat peta bagian keperluan – keperluan Arsitektur. Tujuan tersebut diatas dapat tercapai dengan melakukan pekerjaan sebagai berikut :

a)     Melaksanakan Praktikum, yaitu mengadakan pengukuran - pengukuran     diatas permukaan bumi biasa disebut pekrjaan lapangan

b)     Menghitung hasil pengukuran dan menggambarkannya diatas kertas yang disebut pekerjaan kantor.

Karena bumi ini tidak berbentuk bulat namun lonjong dan diketahui bahwa permukaan bumi tidaklah rata yang disebabkan oleh adanya gunung – gunung dan lembah – lembah, maka untuk dapat melukiskan suatu bagian permukaan bumi diperlukan suatu bidang persamaan ( bidang refensi ).

Proyeksi berdasarkan bidang dapat diategorikan sebagai berikut:

a)     Bidang elipsoide, apabila luas daerah pengukuran lebih besar dari 5.300 km2.

b)     Bidang bulatan, apabila luas daerah pengukuran lebih besar dari 100 km2

c)      Bidang datar, apabila luas daerah tidak melebihi  55km2.

d)     Bidang elipsoide dan bidang bulatan dipelajari dalam geodesi yang bertujuan ilmiah Dengan   demikian referensi bidang datar dipraktekkan didalam ilmu ukur tanah ini.

 

Dalam menjalankan praktikum ilmu ukur tanah ini mahasiswa sebagai calon engineering civil diharapkan agar mampu mengenal, menggunakan alat sekaligus dapat melakukan pengukuran dalam menentukan perbedaan leta ketinggian (Elevasi) tanah dimana dapat nemberikan bentuk konfigurasi tanah (Relief) permukaan tanah serta menentukan luas dari area pengukuran.

Praktikum ilmu ukur tanah merupakan praktikum wajib bagi jurusan Arsitektur yang lulus mata kuliah uur tanah yang tujuannya adalah untuk dapat membuat peta atau kondisi geografis dari suatu daerah atau tempat bagi keperluan Arsitektur.

Tujuan tersebut diatas dapat tercapai dengan melakukan pekerjaan sebagai berikut:

a)     Melaksanakan praktikum Yaitu meengadakan pengukuran diatas permukaan bumi yang biasa disebut pekerjaan.

b)     Menghitung dan mengelola data Yaitu menghitung hasil pengukuran dan     menggambarkan diatas kertas yang lazim disebut pekerjaan kantor.

 

1.2 Permasalahan

Ø      Mahasiswa telah mendapatkan pemahaman materi secara teoritis tentang pengukuran dan pemetaan, tetapi belum mengetahui lebih lanjut bagaimana penerapan dilapangan.

Ø      Perlunya aplikasi ilmu tantang pemahaman teori mengenai pengukuran dan pemetaan

( mata kuliah ilmu ukur tanah ), bagaimana membuat peta / kondisi geografis dari suatu daerah bagi keperluan Arsitektur.

 

1.3 Batasan Masalah

Didalam penulisan laporan ini penulis membatasi masalah, yaitu:   

Ø      Pengukuran pada penyipat datar ( Waterpass ) dengan pengukuran pergi dan profil memanjang.

Ø      Pengukuran pada penyipat sudut ( Theodolit ) dengan pengukuran Polygon tertutup.

 

 

1.4 Maksud dan Tujuan

Pratikum ini dimaksudkan untuk melatih mahasiswa sebagai pratikan dalam melakukan pengukuran, pengambilan data, pengolahan data dan penggambarannya di atas kertas. Sedangkan tujuan dari diadakannya pratikum Ilmu Ukur Tanah adalah:

Tujuan Umum    :  1.   Mengenal dan mengetahui cara penggunaan pesawat ukur tanah waterpas dan teodolith.

Tujuan Khusus  :  1.   Untuk menentukan beda tingi dari suatu titik yang sudah diketahui        ketinggiannya dengan titik lain yang belum diketahui ketinggiannya dengan waterpass;

                              2.   Untuk mengetahui pengukuran sudut suatu lokasi serta curaman-   curamannya dengan alat theodolit;

                           3.   Dapat mengolah hasil pengukuran dan penggambarannya.

 

1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Ø      Waktu data dilapangan adalah dua hari yaitu hari sabtu, 7 Juni dan hari Selasa, 10 Juni 2003.

Ø      Lokasi pengukuran adalah areal Perumahan Dosen  Universitas Sains dan Teknologi Jayapura.

Ø       

1.6 Metodologi

Ø      Penjelasan teori.

Ø      Penetapan lokasi yang akan diukur.

Ø      Memeriksa semua perlengkapan dari peralatan yang akan dibutuhkan untuk keperluan pengukuran, mengkonsutasikan dengan asisten dan staf laboratorium, setelah lengkap dan dengan persetujuan dari asisten maka selanjutnya diadakan kegiatan pengukuran dilokasi yang ditentukan.

Ø      Kegiatan dilapangan ( pengukuran ).

Ø      Pelaporan kegitan pengukuran yang berupa analisa data yang dilakukan setelah pengukuran padilangan.

Ø       

1.7 Sistematika Laporan

 BAB I.   Memuat tentang Pendahuluan, yang terdiri dari latarbelakang, Permasalahan, Batasan Masalah, Maksud dan Tujuan, Waktu dan Tempat Pelaksanaan, Metodologi, Sistematika Laporan.

BAB II  Memuat tentang Teori, yang terdiri dari Teori Pengukuran, Teori Penyipat Datar, Teori    Penyipat Sudut.

BAB III  Memuat tentang Prosedur Pengukuran dan Langkah- langkah Perhitungan, yang terdiri dari Penyipat Datar ( Waterpass ), Penyipat Sudut ( Theodolit ).

BAB IV  Memuat tentang Analisa, yang terdiri dari Data, Perhitungan Kesimpulan dari penyipat  datar ( Waterpass ), dan Data, Perhitungan, Kesimpulan dari Penyipat Sudut.

BAB V   Memuat tentang Penutup, yang berupa Kesimpulan dan Saran.

 

BAB II

T E O R I

 

2.1 Teori Pengukuran

Pekerjaan Pengukuran dapat dibagi  berdasar atas luas serta bentuk dari daerah yang diukur yaitu:

Ø   Geodesi ( Geodetic Survey )

Ø   Ukur tanah datar ( Surveying )

 

Didalam bidang bidang ukur tanah datar ( surveying ) daerah yang dicakup adalah kecil sehingga permukaan bumi dapat dianggap sebagai bidang datar. Berdasar atas keperluan atau tujuan dari pengukuran, maka dapat digolongkan menjadi:

Ø  Pengukuran Topografi ( Topographic Survey) : untuk memperoleh gambaran dari permukaan     tanah yang diukur, yaitu keadaan medan ( tinggi / rendahnya ), serta semua benda-benda / yang ada diatasnya.

Ø   Pengukuran Kadaster ( Cadastral Survey ) : Pengukuran yang ada hubungannya dengan      pemilikan tanah, pihak tanah, balas tanah.

Ø   Pengukuran Teknik Sipil ( Construction Survey ) : Pengukuran yang ada hubunganya dengan pelaksanaan pembuatan bangunan gedung, jalan raya, bendungan dan bangunan-bangunan lainnya.

Ø   Fotogrammetri : Pengukuran dengan menggunakan foto udara.

Ø Pengukuran Hidrografi ( Hydrographic Survey ) : Pengukuran untuk mendapatkan gambaran dari dasar laut, dataran, danau, sungai dan bentuk-bentuk perairan lainnya.

 

2.2 Teori Penyipat Datar ( Waterpass )

Penyipat datar adalah menentukan atau mengukur beda tinggi antara dua titik atau lebih. Ketelitian penentuan ukuran tergantung pada alat-alat yang digunakan serta ketelitian pengukuran yang dapat dilaksanakan. Pengukuran dengan alat penyipat datar ini untuk penggambaran Long Section dan Cross Section. Alat yang digunakan pada penyipat datar ini adalah Waterpass.

Penentuan selisih tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan tiga cara penempatan alat datar tergantung pada keadaan lapangan.

Warterpass adalah alat untuk mengukur arah horizontal dengan maksud untuk mencari beda tinggi antara dua titik.

 Jenis-jenis pengukuran sipat datar :

1.      Menyipat datar memanjang, yang dibedakan menjadi : memanjang terbuka, memanjang keliling ( tertutup ), memanjang terbuka terikat sempurna, memanjang pergi pulang, memanjang double stand.

2.      Menyipat datar profil, yang dibedakan menjadi : Profil memanjang dan profil melintang.

3.      Menyipat datar resiprokal.

4.      Menyipat datar luas.

 

 

 

 

 

 

2.2.1 Rumus-Rumus Yang Dipakai Pada Perhitungan

 

 

a.      Perhitungan jarak

 D= (Ba-Bb ) X 100

 Dimana : D = jarak datar

  Ba = benang atas

Bb =     benang bawah

b.      perhitungan beda tinggi

 ∆h = Tp – Bt

 Dimana : ∆h = Beda tinggi

 Tp = b. Tinggi pesawat

 Bt  = Benang tengah

c.      Koreksi beda tinggi

∆h Koreksi  = ∆h ± ( D / ∑D X ∆H )

 Dimana : ∆h Koreksi  = koreksi beda tinggi

  D / ∑D        = jarakdatar / jumlah jarak 

  ∑∆h             = jumlah perhitungan beda tinggi

d.      Perhitungan tinggi titik

H = Tp + ∆h koreksi

 

2.3 Teori Penyipat Sudut ( Theodolit )

Penyipat sudut merupakan alat ukur yang dapat menghitung koordinat dan absisi dari titik yang diukur. Dan juga dapat menentukan luas suatu daerah.

Dengan alat ukur sudut, kita dapat mengukur sudut arah dua titik atau lebih dan sudut curam terhadap bidang horizontal dan suatu yang vertical. Ada dua cara pengukuran sudut:

1.      Jaringan segitiga ( triangulusi )

2.      Rangkai segi banyak ( Poligon ) terbuka dan tertutup 

 

2.3.1 Rumus-Rumus Yang Dipakai Dalam Perhitungan

a. Cara koordinat

Untuk dapat menghitung koordinat titik-titik kerangka dasar dilapangan diperlukan data-data seperti: azimuth awal, sudut lurus ( baik sudut dalam maupun luar ), Jarak horizontal dan ketinnggian.

Koordinat suatu titik dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:

Rumus umum:     Xn = X( n-1 ) + Dt( n- ).n sin α( n-1 ).n  

      Yn = Y( n-1 )+ Dt( n-1 ).n cos α( n-1).n

 

b. Perhitungan polygon tertutup (loop)

 

 

 


 

Ket :

 α 1,2 : Azimuth awal

 β: sudut dalam

 Dt :jarak datar 1,2… : No. titik

 

Syarat geometri polygon tertutup ( untuk sudut dalam ) :

  1. ∑ β : ( n-1 ).180°
  2. ∑( Dt . Sin α ): 0
  3. ∑( Dt . cos α ) : 0

Azimuth titik berikutnya dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

An ( n+1 ) =[α ( n-1 ) n+180° ]-  βn

Jika diketahui koordinat dua titik, maka azimuth suatu titik dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

An ( n + 1 ) = Arc Tan . [ X ( n – 1 ) – Xn ]

                                        Y ( n +  ) – Yn

 

Kesalahan jumlah total sudut dalam untuk polygon tertutup :

f ( β ) = ( n-2 ) . 180° -  Σβ

Koreksi sudut dalam ( Kβ ) diberikan secara merata kepada setiap titik

=  fβ

                    N

Kesalahan linier jarak untuk absis ( fX ) dan ordinat ( fY ) 

( fX ) : Σ( Dt . sin α )

( fy ) : Σ( Dt . cos α )

Koreksi yang diberikan untuk absis ( KX ):

KX = Dtn ( fX )       

                         ΣDt

Koreksi yang diberikan untuk ordinat ( KY ) :

KY = Dtn ( fy )    

                        ΣDt

Secara sistematis tahapan hitungan / koreksi koordinatuntuk polygon adalah sebagai berikut :

1. Besarnya kesalahan sudut dalam :

= (n-2) . 180° - ∑β

2. Besarnya koreksi sudut dalam:

      Kβ =  

                         n

3. Sudut dalam terkoreksi  :

    β'η = βη ± Kβ  

4. Azimuth setiap titik polygon berikutnya :

    ( n + 1 ) = [ α ( n – 1 ) n ± 180° ] β'n  

5. Kesalahan linier jarak untuk absisdan ordinat

 ( fX ) : ∑ ( Dt . sin α )

 ( fY ) : ∑( Dt . cos ∑ ) 

6. Koreksi absis dan ordinat tiap titik :

 Kxn : Dtn ( fx )  

                            ∑Dt

 Kyn : Dtn ( fy )  

             ΣDt

7.Absis dan ordinat terkoreksi : 

 ∆yn : ∑(Dt .sin α ) + Kyn 

 ∆xn : ∑( Dt . cos α )

8. koordinat tiap titik polygon :

 Xn = X ( n – 1 ) ± ∆yn

 Yn  = Y ( n – 1 ) ± ∆yn

 

c. Perhitungan tinggi titik untuk polygon tertutup

Jika pengukuran dan perhitungan tinggi titik dilakukan dengan benar, maka jumlah beda tinggi antara titik polygon awal sampai dengan titik polygon akhir = 0, atau     ∑∆h = 0.

Koreksi beda tinggi : Kh = ∑∆h 

Tahapan perhitungan / koreksi tinggi titik polygon adalah sebagai berikut :

1. Kesalahan beda tinggi :

Kh = ∆h1 +  ∆h2 +  ∆h3 +  ∆h4…+  ∆hn 

2. Beda tinggi terkoreksi :

∆h'n = ∆hn + [(Dtn)Kh]

                                       ∑Dt

3. Tinggi tiap titik

 Hn =H ( n – 1 ) ± ∆h'n

 

 

 

 

 

BAB III

PROSEDUR PENGUKURAN

DAN LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN

 

 

3.1 Penyipat datar (waterpass)

3.1.1 Prosedur pengukuran

1.Menyiapkan alat perlengkapan pengukuran berupa :

Ø      Pesawat penyipat datar (waterpass)

Ø      Statip (kaki tiga)

Ø      Unting-unting

Ø      Bak ukur (rambu ukur)

Ø      Roll meter > Patok kayu dan paku

Ø      Kompas

Ø      Payung                    

2. menentukan lokasi pengukurann

3. Menggambarkan sketsa lokasi pengukuran

4. Menentukantitik lokasi pengukuran pada sketsa yang ada

5. Meletakkan alat pada titik awal yang telah ditentukan, meliputi :

Ø      memasang titik patok awal

Ø      Memansang titik statip

Ø      Memasang pesawat

Ø      Memasang unting-unting

Ø      Menyetel nipo

6. Mengukur tinggi pesawat dengan roll meter

7. Menembak titik pengukuran pertama dengan sudut 0°  

8. Menentukan azimuth awal dari yang telah dinolkan

9. Membaca BA,BB dan BT pada bak ukur 

 10. Mengukur jarak antara pesawat dengan roll meter

 11. Memutar alat ke titik selanjutnya dan melakukan hal yang sama pada point 9,10 

 12. Memindahkan pesawat dan mengulang point 6,7,9,10,11,12

 

 

3.1.2 Langkah-langkah perhitungan

1. Membuat tabel pengukuran 

2. Mengisi data pengukuran

3. Mengolah data pengukuran berupa :

Ø      Mencari jarak optis  : D = (BA-BB)X100 

Ø      >Mencari beda tinggi  : ∆h – Tpn – Btn 

Ø      Mencari tinggi titik koreksi  : Hpn = Hp (yang diket) + ∆h pn 

Ø      Melakukan koreksi sudut : ∆h koreksi =∆h ±(D/∑DX∑∆h)

 

 

3.2 Penyipat Sudut (theodolit)

 

3.2.1 Prosedur Pengukuran

1. Menyiapkan alat perlengkapan pengukuran berupa :

Ø      Pesawat penyipat datar (waterpass)

Ø      Statip (kaki tiga)

Ø      Unting-unting

Ø      Bak ukur (rambu ukur)

Ø      Roll meter

Ø      Patok kayu dan paku

Ø      Kompas

Ø      Payung                    

2. Menentukan lokasi pengukuran 

3. Menggambarkan sketsa lokasi pengukuran

4. Menentukan titik lokasi Pengukuran pada sketsa yang ada

5. Meletakkan alat pada titik awal yang telah ditentukan, meliputi :

Ø      Memasang titik patok awal

Ø      Memasang titik statip

Ø      Memasang pesawat

Ø      Memasang unting-unting

Ø      Menyetel nipo

6. Mengukur tinggi pesawat dengan roll meter      

7. Mencari sudut horizontal 0°, kemudian menekan hold lalu menembak ketitik pengukuran

8. Menentukan azimuth awal dari yang telah dinolkan 

9. Membaca BA, BB dan BT pada bak ukur 

 10. Mengukur jarak antara pesawat dengan rooll meter

 11.Melepas hold pada pesawat lalu memutar alat ketitik selanjutnya dan melakukan hal yang   sama dengan point 9,10 

 12. Memindahkan pesawat dan mengulang point 6,7,9,10,11.

 

3.2.2 Lankah-langkah Perhitungan 

1. Mencari tabel pengukuran

2. Mengisi data pengukuran 

3. Mengolah data  pengukuran berupa :

 

Ø      mencari jarak optis : Do = (BA-BB) X 100

Ø      Mencari beda tinggi  : (BA_BB) X 100 X sin² α + Tps-BT

                                                                  2

Ø      Mencari elavasi : Hpn = Hp (yang diket) + ∆h

 

 

BAB IV

A N A L I S A

 

 

PERHITUNGAN SUDUT AZIMUTH ( Sudutu terhadap utara)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

P0

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

P0

 

 

 

 

 

 

 

1730 01' 20''

 

 

 

 

 

 

 


  >          Nilai Azimuth, P0-P1 =

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

P1

 

 

 

 

 

 


         >          Nilai Azimuth, P1 – P2         = Azimuth awal ± x ( x = 1800 -1790 19' 00")

                                                                        = 1800 01' 20" - 00 41' 00"

                                                                        = 1720 20' 20"

 

 

 

 

 

U

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

 

      >          Nilai Azimuth , P2 – P3        = Azimuth awal  ± x ( x = 2680 34' 20" - 1800)

                                                                        = 1720 20' 20" + 880 34' 20"

                                                                        = 2600 54' 40"

 

 

 

 >          Nilai Azimuth , P3 – P4        = Azimuth awal  ± x ( x = 2690 13' 00" - 1800)

                                                                        = 2600 54' 40" + 890 13' 00"

                                                                        = 3500 07' 40"

 

 

 

 

 

 

>          Nilai Azimuth , P4 – P1        = Azimuth awal  ± x ( x = 2750 40' 40" - 1800)

                                                                        = 3500 07' 40" + 950 40' 40"

                                                                        = 3500 07' 40" + 950 40' 40"

                                                                        = 850 48' 20"

 

 

 

 

 

 

U

 

 

 

 

 

1720 20' 20''

 

 

 

 

 


    >     Sudut dalam

= 1800 -1720 20' 20" + 850 48' 20"

930 28' 00''

 

 

P1

 

                                                                                    = 930 28' 00"

2650 48' 20''

 

                                                                                    Nilai Azimuth

                                                                                    = 1720 20' 20" + 930 28' 00"

                                                                                    = 2650 48' 20"

 

 

 

850 48' 20''

 

 

 

 

 

Kesalahan  Sudut  Dalam

 

 

Ø      Sudut dalam     = (n-2)x180-∑β

                                 = (4-2)x180-3600 00' 00"

                                 = 0

               ∑β dalam

                                 = P1 - P2     =    930 28' 00"

                                 = P2 - P3     =    910 25' 40"

                                 = P3 - P4     =    900 47' 00"

                                 = P4 - P1     =    840 19' 20"

                                                      =    3600 00' 00"

Kesalahan Sudut Luar

 

Ø      Sudut luar          = (n+2)x180-∑β

                                 = (4+2)x180-9920 47' 00"

                                 = 6320 47' 00"

                                          4

                                 = 1580 11' 45"

               ∑β dalam

                                 = P1 - P2     =    1790 19' 00"

                                 = P2 - P3     =    2680 34' 20"

                                 = P3 - P4     =    2690 13' 00"

                                 = P4 - P1     =    840 40' 40"

                                                      =    9920 47' 00"

 

Perhitungan Jarak Horizontal

 

               Rumus  =  D.Sin.                  dimana     :        d    = jarak datar

                                                                                               = sudut azimuth

 

P1 – P2       42.381xsin 1720 20' 20"    =          5.649

P2 – P3       69.471xsin 2600 54' 40"    =          68.598

P3 – P4       48.598xsin 3500 07' 40"    =          -8.332

P4 – P1       72.142xsin 850 48' 20"      =          71.948

Azimuth       232.814                                               = 0.667

 

Perhitungan Jarak Sudut Vertical

 

 

               Rumus  =  D.cos.                  dimana     :        d    = jarak datar

                                                                                               = sudut azimuth

 

P1 – P2       42.381xcos 1720 20' 20"  =          -42.002

P2 – P3       69.471xsin 2600 54' 40"    =          -10.974

P3 – P4       48.598xsin 3500 07' 40"    =            47.878

P4 – P1       72.142xsin 850 48' 20"      =            5.276

                     232.814                                               = 0.178

 

 

Perhitungan Koreksi Jarak Patok Utama Sudut Horizontal

               Rumus   =    d x   J.Hor.,                 dimana = d = jarak datar

                                     d                                                  d = jumlah jarak datar

                                                                               J. Hor. = jumlah jarak horizontal

 

               P1 – P2       42.381 x 0.667          =          0.1214

                                    232.818

               P2 – P3       69.471 x 0.667          =          0.199

                                    232.814

               P3 – P4       48.598 x 0.667          =          0.1413

                                    232.814                                             

               P4 – P1       72.142 x 0.667          =          0.2066

                                    232.818                                             

 

Perhitungan Koreksi Jarak Patok Utama Sudut Vertical

 

            Rumus            =          d x   J.Vert,

                                                 d

 

               P1 – P2       42.381 x 0.178          =          0.032

                                    232.818

               P2 – P3       69.471 x 0.178          =          0.053

                                    232.814

               P3 – P4       48.598 x 0.178          =          0.037

                                    232.814                                             

               P4 – P1       72.142 x 0.178          =          0.055

                                    232.818                                             

 

                        Sudut horizontal

           

            P0 – P1          =          d x sin

                                    =          75.979xsin1730 01' 20"

                                    =          9.230

                        Sudut vertical

 

            P0 – P1          =          d xcos

                                    =          75.979xcos1730 01' 20"

                                    =          -75.416

 

 

Perhitungan koordinat

 

Ø      1000sudut horizontal P0 – P1

10009.230 =          1009.23

Ø      1000sudut vertical P0 – P1

1000 – 75.416 =       924.584

 

 

 

                        Horizontal

            P0 – X            =          1000

 

            P0 – P1    X   =    1000+9.230               =    1009.23

            P1 – P2    X   =    1009.235.649        =    1014.879

            P2 – P3    X   =    1014.879(-68.598)=   946.281

            P3 – P4    X   =    946.281(-8.332)    =    937.949

            P4 – P1    X   =    937.94971.948      =    1009.89

 

                        Vertical

            P0 – Y =          1000

 

            P0 – P1    Y    =    1000+(-75.416)         =    924.584

            P1 – P2    Y    =    924.584(-42.002)  =    882.582

            P2 – P3    Y    =    882.582(-10.974)=      871.608

            P3 – P4    Y    =    871.60847.878      =    919.486

            P4 – P1    Y    =    919.4685.276        =    924.762

 

Perhitungan Luas Areal

 

            Rumus      =    L=0.5x{(X0xY1+Hn)-(Y0XX1+Hn)}

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


                        =    (2688612.799)-(2577698.549)x0.5

                        =    0.5x110914.25

                        =    55457.125          

 

 

 

 

 

 

 

 

4.1    Penyipat Datar (Waterpass)

 

4.1.1 Perhitungan pada waterpass

a. perhitungan jarak masing-masing patok  

 Rumus : D = (BA-BB) X 100 

 contoh perhitungan  :

 D P0-P1 = (1.420-1.380)X100 = 4.0m 

             D P1-P2 = (1.218-1.182)X100 = 3.6m

 (perhitungan titik yang lain dapat dilihat pada table data)

b. Perhitungan beda tinggi 

 rumus : ∆h = Tp-Bt

 Contoh perhitungan :

 ∆h P0 – P1 = 1.33-1.400= 0.070

 ∆h P1 –P2 = 1.32-1.200 = 0.143

c. Perhitungan koreksi beda tinggi 

 Rumus : ∆h koreksi = ∆h ± (D/∑DX∑∆h) 

  (perhitungan titik yang lain dapat dilihat pada table data)

d. Perhitungan tinggi titik (elevasi) 

 Rumus : Hpn = Hp yang diket +∆h pn koreksi 

 Contoh perhitungan :

 Dirumuskan tinggi patok di P0 = 1.33m,

 

 

PENUTUP

 

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Kami panjatkan karena hanya denga pertolongan Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik,

            kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Bpk. Didik Riyadi Mabui,ST dan Bpk.Meidi, yang telah membimbing kami selama ini untuk mengerjakan tugas yang di bebankan kepada kami, dari waktu pengambilan data di lapangan (pengukuran) sampai dengan penyusunan laporan hingga selesai, dan kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada teman-teman  atas bantuan dan kerjasamanya selama ini karena kami yakin bahwa tugas ini tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya kerjasama kita yang baik, walaupun kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam tugas ini, itu semua karena masih minimnya pengetahuan kami tentang Ilmu Pengukuran Tanah. Tetapi kami berharap semoga hasil penulisan kami ini bias bermanfaat bagi teman-teman pembaca untuk sedikit menambah pengalaman tentang Ilmu Pengukuran Tanah, dan akhirnya kritik dan saran yan membangun dari teman-teman pemnaca sangat kami harapkan untuk bahan referensi kami dalam mengerjakan outgas-tugas selanjutnya.

 

 

 

KESIMPULAN

 

Setiap proses perhitungan dari satu titik ke titik yang lain ataupun dari perhitunga satu keperhungan yang lain mempunyai suatu keterkaitan yang erat, jika salah dalam proses perhitungan pertama(langkah pertama) maka akan berakibat salah pula pada berhitungan selanjutnya, bahkan semua perhitungan yang kita lakukan bisa salah hanya karena sedikit kesalahan pada langkah pertama.

Sebaiknya setiap kali melakukan perhitungan harus dilakukan dengan hati-hati dan pastikan itu benar, saat dilapangan juga begitu kerjasama yang baik sangat dibutuhkan guna untuk mendapatkan data yang akurat, usahakan setiap kali melakukan pengukuran dikerjakan dengan teliti,hati-hati dan semaksimal mungkin agar pada saat perhitungan tidak mendapatkan koreksi kesalahan yang terlalu besar.