PEMBANGUNAN PASAR TRADISIONAL


| PROPOSAL PEMILIHAN JUDUL | PEMBANGUNAN PASAR TRADISIONAL |



A.    Judul Skripsi

Judul Skripsi yang diajukan adalah PEMBANGUNAN PASAR TRADISIONAL MODERN yang rencananya akan dibangun di wilayah Kota Jayapura.


B.     Latar Belakang

Kota  Jayapura merupakan salah satu dari 23 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Papua. Jayapura selain merupakan Ibukota Kota Jayapura, juga merupakan ibukota Provinsi Papua. Kota Jayapura dengan luas wilayah 93.955 Ha, dan letak Kota Jayapura secara geografis pada 1º 28' 17,26" - 3º 58'0,82" Lintang Selatan dan 137º34' 10,6" - 141º0' 8.22" Bujur Timur
Secara administrasi Kota Jayapura berbatasan dengan:
·        Sebelah Utara dengan: Samudera Pasifik
·        Sebelah Selatan dengan: Distrik Arso (Kabupaten Keerom)
·        Sebelah Timur dengan: Negara Papua Nugini (PNG)  
·        Sebelah Barat dengan: Distrik Sentani dan Distrik Depapre (Kabupaten Jayapura)
Kota Jayapura terdiri dari 5 Distrik yaitu Distrik Abepura, Jayapura Selatan, Jayapura Utara, Heram dan Muara Tami. Dari kelima Distrik tersebut, terbagi lagi menjadi 25 Kelurahan 14 Desa, yang sekarang lebih dikenal dengan istilah Kampung.
Dengan meningkatnya kegiatan penduduk perkotaan di kota Jayapura perlu mendapatkan dukungan dengan melakukan percepatan pembangunan sarana dan prasarana perkotaan, salah satunya adalah sektor pelayanan air minum yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk menunjang kegiatan perekonomian daerah, mengingat sebagian masyarakat di Kota Jayapura sulit untuk mendapatkan air minum, dan ini merupakan kewajiban dari Pemerintah baik pusat maupun daerah.
Jumlah penduduk "kota Jayapura dalam angka tahun 2007" adalah sebesar  236.036 jiwa dengan jumlah penduduk terbesar  ada di Jayapura Selatan dengan 36% (85.875 jiwa), Jayapura Utara sebesar 28% (66.829 jiwa), Abepura sebesar 30% (71.513 jiwa), dan Muara Tami sebesar 6% (11.817 jiwa). Kepadatan penduduk tertinggi di Distrik Jayapura Selatan dengan 1300 jiwa/km2.
Perkembangan penduduk di kota  Jayapura yang diperkirakan mengalami pertumbuhan populasi sebesar 4,13% pertahun dan terkonsentrasi di Distrik Jayapura Utara dengan jumlah penduduk terbesar yaitu sebanyak 89.151 jiwa pada tahun 2008,

Tabel 1 Jumlah Penduduk Menurut Distrik (2003-2007)
Distrik
Tahun

2003
2005
2007
Abepura
59.255
66.057
71.513
Jayapura Selatan
81.081
79.323
85.875
Jayapura Utara
83.435
61.731
66.829
Muara Tami
11.719
10.916
11.817
Jumlah
235.490
218.027
236.036
Sumber: Kota Jayapura Dalam Angka 2006/2007


Tabel 2 Jumlah Penduduk Kota Jayapura Menurut Jenis Kelamin (2007)
Distrik
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Abepura
38.817
32.695
71.513
Jayapura Selatan
47.096
38.778
85.875
Jayapura Utara
33819
33.010
66.829
Muara Tami
6082
5.735
11.817
Jumlah
125.815
110.220
236.036
2007



Sumber: Data Statistik Kota Jayapura 2005
Rata-rata kepadatan penduduk adalah 251 orang/km2 atau 2.51 orang/ha. Distrik terpadat adalah Distrik Jayapura Selatan yaitu 1.407 orang per km2 atau 14 orang per ha, dan wilayah padat lainnya yaitu Distrik Jayapura Utara 1.310 jiwa per km2 atau 13 jiwa per ha. Seperti tertera pada tabel berikut ini:

Tabel 3 Kepadatan Penduduk Kota Jayapura Menurut Distrik

Distrik
Luas Wilayah (km2)
Jumlah Penduduk
(jiwa)
Kepadatan Penduduk
(jiwa/km2)
Abepura
201.3
71.513
335
Jayapura Selatan
61
85.875
1.407
Jayapura Utara
51
66.829
1.310
Muara Tami
626.7
11.817
19
Jumlah
940
236.036
251




Sumber: Data Statistik Kota Jayapura 2007

Keseluruhan kawasan Kota Jayapura cukup bervariasi mulai datar, dan berbukit hingga lembah, dengan ketinggian 1-300m diatas permukaan laut. Pada bagian bagian timur Kota jayapura, merupakan daerah dataran rendah, lembah hingga daerah pantai, seperti dataran rendah Koya, Muara tami dan pantai Holtekam. Pada bagian barat wilayah Kota Jayapura merupakan Dataran tinggi yang merupakan deretan pegunungan yang membentang mulai dari pegunungan Cyklop yang berada di Kota dan Kabupaten Jayapura hingga membentang pada deretan pegunungan Vanree, Gauter, Fojha, Bonggo, Karamar, dan Irier, yang terdapat didaerah Mamberano melewati mamberamo Tengah dan Hulu. Jalur Pegunungan ini, membelok keselatan bersambungan dengan pegunungan Karamar yang membentang sepanjang daerah perbatasan.

3.     Iklim, Curah Hujan dan Hidrologi
Kota jayapura Secara umum beriklim tropis dengan suhu rata-rata 28ºC  yaitu dengan suhu maksimum 32º dan suhu minimum 29º yang terjadi pada tahun 2007, suhu udara tertinggi terjadi pada bulan Juni, dan suhu terendah terjadi pada bulan Desember. Curah hujan bervariasi antara 45-255 mm/tahun dengan hari hujan rata-rat antara 148-175 hari hujan/tahun. Kelembaban udara 82% bervariasi sepanjang tahun dari bulan Jabuari sampai dengan Desember, kelembaban udara terkecil 77% terjadi pada bulan Januari, dan rata-rata 82%. Musim hujan berkisar antara bulan Desember sampai dengan Mei dengan curah hujan maksimum terjadi pada bulan Maret.

Pemanfaatan lahan kota Jayapura dari luas 94.000 ha, pemanfaatan ruang sebagai kawasan Budidaya untuk pemukiman, wilayah produktif, alang-alang, rawa/pasang surut, Danau sebesar 14.219,82 Ha, dan Kawasan lindung sebesar 79.780 Ha dimana secara garis besar dikelompokkan menjadi:
Sesuai dengan kondisi topografinya yang berupa perbukitan maka penggunaan lahan dominan berupa daerah hijau. Luas arealnya 79.780 ha (84,87%) yang dihitung dari luas wilayah kota.
Luas kawasan terbuka mencakup fungsi lindung dan fungsi budidaya, fungsi lindung dari kawasan terbuka adalah 84.87% atau 79.780,18 ha. Pemanfaatannya berupa hutan primer dan sekunder. Kawasan lindung yang telah ditetapkannya berdasarkan fungsinya untuk memberikan perlindungan kelestarian ekosistem perkotaan yang berlangsung, terdiri dari:
1.        Hutan yang belum difungsikan seluas 68.891,2 Ha atau 73,29%
2.       Hutan lindung Pegunungan Djar seluas 2.807 Ha (2,99%)
3.       Taman Wisata seluas 1650 Ha (1,76%)
4.       Cagar alam pegunungan Cycloop seluas 6.431,78Ha (6,84%),
Sedangkan kawasan terbuka dengan fungsi budidaya seluas 15,13% (14.219 Ha) terdiri dari:
1.        Budidaya pertanian seluas 8.537 Ha (9,08%)
2.       Budidaya perkebunan seluas 228 Ha (0.24%)
3.       Alang-alang seluas 1.875 Ha (1,99%)
4.       Daerah rawa/pasang surut seluas 75 Ha (0,08%)
5.       Danau 650 Ha (0,69%)

Luas kawasan terbangun seluas 8.537,82 Ha (9,08%) dari luas wilayah Kota Jayapura berdasarkan pemanfaatan kawasan budidaya yang membentuk kawasan terbangun (build up area) adalah seluas 8.537,82 Ha (60,04%) selebihnya adalah kawasan budidaya yang termasuk dalam kawasan terbuka seluas 5.682 Ha atau 39,96% 9dihitung dari luas kawasan budidaya diwilayah Kota yaitu 12.220 Ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4 Luas Pemanfaatan Ruang Kota Jayapura
Pemanfaatan Lahan
Luas (km2)
%
1.        Jalan/Jembatan
3,9394
0.42
2.       Perdagangan
0.2858
0.03
3.       Industri
2.5000
0.27
4.       Perumahan
11.7501
1.25
5.       Perkantoran dan Jasa
0.42000
0.05
6.       Fasilitas Umum (Pendidikan, Tempat Ibadah dan kesehatan)
2,3575
0.25
7.       Daerah terbuka
5,0383
0.54
8.       Pertanian
170,6630
18,16
9.       Perkebunan
31.24
3.32
10.    Daerah Hijau
108,8878
11.58
11.     Lain-lain
602,9111
64,14
12.    Luas Total
940
100
Sumber: RUTR Kota Jayapura 2004

Dari pemanfaatan lahan di kota Jayapura yang merupakan lahan terbesar adalah pemanfaatan lain lain yaitu sebesar 64,14% hal ini belum jelas penggunaannya, artinya dikota Jayapura ini masih terbuka lebar untuk penggunaan lahan bagi kepentingan pengembangan kota Jayapura

Seperti yang tercantum dalam RTRW sejumlah bagian wilayah kota Jayapura, dasar pembangunan Kota Jayapura sesuai dengan trilogi pembangunan yaitu meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian daerah dan pemerataan pembangunan yang didukung oleh stabilitas keamanan yang mantap dan dinamis. Pada pelaksanaannya, dasar pembangunan ini memberi peluang kepada masyarakat untuk berperan aktif dalam pembangunan dan pelestarian fungsi lingkungan hidup.
·        Pusat Pemerintahan
Kota Jayapura disamping sebagai kota otonom, juga merupakan ibu kota propinsi Papua yang dikukuhkan sejak tahun 1972. Dengan demikian semua fasilitas perkantoran baik pemerintah Kota maupun Pemerintah Propinsi berada di Kota Jayapura, sehingga kota ini berfungsi dan berperan sebagai pusat pemerintahan.
·        Pusat Kebudayaan, Akomodasi dan Pariwisata
Kota Jayapura memiliki potensi wisata alam dan budaya dan menjadikan Kota Jayapura sebagai transit bagi wisatawan. Wisata Budaya dan wisata alam di kota Jayapura, yaitu Wisata pantai Base-G, Hamadi dan Pantai Holtekamp. Wisata yang berada disekitar wilayah kota.
·   Pusat Pendidikan
Kota Jayapura didukung adanya perguruan tinggi (UNCEN, USTJ, UNIYAP) dan sekolah tinggi swasta lainnya.
·   Pusat Perdagangan Regional dan Lintas Batas
Dalam RTRW kota Jayapura ditetapkan sebagai pusat dari salah satu Kawasan andalan Nasional, yakni Kawasan Jayapura dan sekitarnya, dengan sektor unggulan: pewrkebunan, kehutanan, tanaman pangan, perikanan, dan pariwisata. Disamping itu, dari Hasil kesepakatan Konreg 2001, kota Jayapura termasuk dalam Kawasan Tertentu Prioritas, yaitu Kawasan Perbatasan Propinsi Papua dan PNG. Dengan mengacu pada arahan kebijakan tersebut, serta berdasarkan hasil kajian terhadap potensi dan kecenderungan perkembangan yang ada saat ini, maka kota Jayapura perlu diarahkan sebagai Pusat Perdagangan Regional dan Lintas Batas.
·   Pusat Pelayanan, Pengumpul (Koleksi) dan Distribusi
Terjadinya aglomerasi sektor-sektor kegiatan di Kota Jayapura menyebabkan Kota Jayapura berfungsi dan berperan sebagai pusat pengumpul, pusat pelayanan dan pendistrbusian segala kebutuhan penduduk baik di wilayah kota Jayapura sendiri, hinterland, maupun daerah daerah pedalaman. Fungsi dan peran ini ditunjang oleh tersedianya pelabuhan laut dan bandar udara di Sentani.

Kota Jayapura terdiri 5 Distrik dengan 25 Kelurahan dan 14 kampung (setelah beberapa status desa meningkat menjadi kelurahan). Distrik-Distrik tersebut adalah sebagai berikut:
1.       Distrik Jayapura Utara, 7 kelurahan
2.      Distrik Jayapura Selatan, 8 kelurahan dan 2 kampung
3.      Distrik Abepura, 5 kelurahan dan 2 kampung
4.      Distrik Heram, 3 Kelurahan dan 2 kampung
5.      Distrik Muara Tami, 2 kelurahan dan 6 kampung

Dalam perencanaan tata ruang wilayah, Kota Jayapura dibagi menjadi 6 Bagian Wilayah Kota.
1.        Bagian Wilayah Kota A (BWK A) sebagai Pusat Kota meliputi seluruh Distrik Jayapura Utara dengan pusat pelayanan di Kelurahan Gurabesi. Fungsi utama yang dikembangkan adalah perkantoran, perdagangan dan jasa, pemerintahan, kesehatan. sedangkan fungsi penunjangnya adalah perumahan, pariwisata, pendidikan, militer dan konservasi/lindung.
2.       Bagian Wilayah Kota B (BWK B) meliputi Distrik Jayapura Selatan, yaitu kelurahan Numbay, kelurahan Argapura, kelurahan Hamadi, Kelurahan Ardipura, Kelurahan Entrop, Kelurahan Vim, Kelurahan Mhorock, Kelurahan Wahno, Kampung Tobati, dan kampung Kayopulo dengan pusat pelayanan di kelurahan Entrop. Fungsi pelyanan utama meliputi perkantoran, militer, perdagangan dan jasa, pemerintahan, kesehatan, transportasi laut dan transportasi darat. Sedangkan fungsi penunjangnya adalah perumahan, pariwisata dan konservasi/lindung.
3.       Bagian Wilayah Kota C (BWK C) meliputi Distrik Heram yaitu kelurahan Hedam, Waena, Kelurahan Yabansi, Kampung Waena dan Kampung Yoka dengan pusat pelayanan di kelurahan Waena. Fungsi pelayanan utama meliputi pendidikan, militer, kesehatan, transportasi darat dan perumahan. Sedangkan fungsi penunjangnya meliputi perdagangan dan jasa, pariwisata dan konservasi/lindung.
4.       Bagian Wilayah D (BWK D) meliputi sebagian Distrik Abepura yaitu Kelurahan Kota Baru, Kelurahan Awiyo, Kelurahan Yobe, Kelurahan Asano. Dengan pusat pelayanan di kelurahan Kota Baru. Fungsi pelayanan utama meliputi perdagangan dan Jasa, perkantoran, Industri dan perumahan. Sementara fungsi penunjangnya meliputi pendidikan, perkantoran, perkebunan, pariwisata dan konservasi /lindung.
5.       Bagian wilayah Kota E (BWK E) meliputi sebagian Distrik Abepura yaitu kelurahan Abepantai, Kampung Koya Koso dan Kampung Enggros dengan pusat pelaynan di Kampung Koya Koso. Fungsi pelayanan utama meliputi perumahan, perkebunan, dan pariwisata dan industri. Sementara fungsi penunjangnya meliputi perdagangan dan jasa, pendidikan, perikanan dan  konservasi /lindung.
6.       Bagian Wilayah Kota F (BWK F) meliputi kampung Holtekamp, Kelurahan Koya Barat, Kelurahan Koya Timur, dan Kampung Koya Tengah dengan pusat pelayanan di Kelurahan Koya Barat. Fungsi pelayanan meliputi pariwisata, industri perdagangan dan jasa, dan pertanian. Sementara fungsi penunjangnya meliputi perumahan, kesehatan dan konservasi /lindung.
7.       Bagian Wilayah Kota G (BWK G) meliputi Skouw Yambe, Skouw Mabo, Skouw Sae dengan pusat pelayanan di Skouw Mabo. Adapun fungsi utama BWK G adalah perdagangan dan jasa, perkebunan, perumahan, transportasi darat dan pemerintahan. Adapun fungsi penunjangnya meliputi pendidikan, pariwisata, militer dan konservasi /lindung.
Dengan mengacu pada RTRW Kota Jayapura tahun 2006, pola pemanfaatan lahan yang akan diterapkan dikawasan pusat kota Jayapura adalah pola intensifikasi lahan yaitu mengintensifikasikan pemanfaatan lahan yang dapat dibangun kearah vertikal. Pemanfaatan lahan di pusat kota diarahkan pada penggunaan lahan perdagangan dan jasa. Untuk daerah yang berada disekitar Abepura dan Muara Tami, pola pemanfaatan lahan yang diarahkan adalah berupa pola ekstensifikasi (namun tetap memperhatikan daya dukung alam dan lingkungan). beberapa kawasan yang direncanakan pengembangannya antara lain meliputi :
1.        Kawasan Perumahan dan Permukiman
Apabila dibandingkan dengan fungsi-fungsi lain, permukiman merupakan jenis peruntukan lahan yang paling banyak pemanfaatannya. Di kota Jayapura pengembangan kawasan permukiman dan perumahan dilakukan dengan mempertimbangkan adanya rencana pembatasan pengembangan permukiman dan perumahan. Luas lahan untuk klasifikasi rumah besar adalah 600 m2, rumah sedang 400 m2 dan rumah kecil 200 m2. Kawasan permukiman diarahkan didistrik Herm, Distrik Abepura dan Distrik Muara Tami.
2.       Kawasan Perdagangan dan Jasa  yang terdiri dari kegiatan lokal maupun regional dilokasikan pada pusat kota yang berdekatan dengan sarana transportasi laut dan pelabuhan. Jenis fasilitas perdagangan dan jasa yang direncanakan di Kota Jayapura meliputi warung, pertokoan, pusat perbelanjaan lingkungan, pusat perbelanjaan kawasan, sarana penginapan seperti hotel dan bank. Kawasan perdagangan dan jasa kota Jayapura khususnya diarahkan di Distrik Jayapura Utara, Distrik Jayapura Selatan dan Distrik Abepura.
3.       Kawasan Pariwisata merupakan pengelompokan tempat tempat hiburan, lapangan olahraga, ruang terbuka dan obyek wisata alam maupun buatan manusia. Adapun pemanfaatan ruang untuk pengembangan kepariwisataan yang direncanakan di Kota Jayapura meliputi:
a.       Obyek wisata pantai yang meliputi Pantai Base G, kawasan pesisir pantai di sebelah selatan kelapa dua yaitu Taman Wisata Youtefa, dan wisata pantai di Hamadi, Holtekamp dan Skou. Jenis bangunan yang diusulkan: hotel, rumah makan, peristirahatan, dan atraksi wisata pantai.
b.      Wisata alam yang meliputi Bumi Perkemahan/resort/bungalow alam perbukitan di Kelurahan Tanjung Ria dan waena
c.       Obyek Wisata danau Danau Sentani yang terletak di kampung Yoka.
d.       Kampung wisata di Tobati dan Enggros
e.       Obyek wisata budaya yang meliputi Taman lokal budaya di keluraha Waena
f.      Obyek taman wisata dan olah raga di Taman Lembah Anafree (bekas pasar ampera)
g.      Obyek pemancingan (mina wisata) keluarga di Koya
4.       Kawasan Perkantoran selain pendidikan, pelatihan dan penelitian, fungsi lain yang membedakan kota Jayapura dengan kota-kota lain adlah terdapatnya beberapa kawasan perkantoran yang menjadi pusat administrasi bagi kegiatan-kegiatan baik yang dilakukan di wilayh kota Jayapura maupun di wilayah sekitarnya. Di kota Jayapura, persebaran kantor pemerintaha Propinsi dan kota tidak mengikuti pola memusat, tetapi menyebar. Tetapi dimasa akan datang, diharapkan lokasi pemerintahan Propinsi Papua diharapkan dapat pindah mengambil wilayah baru, dengan alternatif lokasi wilayah timur (Muara Tami). Kantor  pemerintah Kota saat ini ada di Entrop.
5.       Kawasan Pertahanan dan Keamanan kriteria kawasan ini ditentukan khusu oleh institusi pertahanan dan keamanan. Di Kota Jayapura kawasan ini lokasinya diarahkan di distrik Jayapura Utara, Distrik Jayapura Selatan, Distrik Heram dan Distrik Muara Tami.
6.       Kawasan Pertanian Pangan, Perkebunan, Peternakan, Perikanan wilayah yang dikembangkan untuk kegiatan pertanian tanaman pangan lahan basah adalah berada pada ketinggian < 1.000 meter dpl, keterangan < 40%, kedalaman efektif lapisan tanah atas > 30cm, curah hujan antara 1.500 – 4.000 mm per tahun, serta mempunyai sistem dan atau potensi pengembangan pengairan. 
7.       Kawasan Pemakaman Umum Pemakaman umum di Kota Jayapura diarahkan di Distrik Heram (waena) dan Distrik Abepura (nafri).
8.       Kawasan lindung seperti yang telah ditetapkan oleh SK Mentan No. 683/Kpts/Um/8/1981, kawasan hutan yang mempunyai nilai skor melebihi 175 ditentukan sebagai kawasan hutan lindung. Kawasan ini meliputi Cagar Alam Cycloop, hutan lindung Abepura, Hutan Lindung Djar dan Hutan Lindung Muara Tami.
9.       Pelabuhan Laut Jayapura ditetapkan pada lokasi semula dan akan diperluas sebesar 11 Ha oleh Dep. Perhubungan Kanwil Irian Jaya.
10.    Lokasi Terminal Regional diarahkan di sebelah selatan Holtekamp berdekatan dengan lokasi kawasan industri dan pergudangan.
Skenario pengembangan kota dipengaruhi oleh dua faktor penting, yaitu pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan ekonomi memungkinkan tersedianya kesempatan kerja. Hal ini akan meningkatkan daya beli masyarakat yang kemudian akan menumbuhkan lagi kegiatan ekonominya yang secara kualitatif akan meningkatkan pula permintaan akan fasilitas-fasilitas kegiatannya. Pertumbuhan penduduk secara kuantitatif akan meningkatkan permintaan terhadap berbagai fasilitas seperti perumahan dan fasilitas lainnya.
Pola pengembangan Kota Jayapura dibagi atas 4 wilayah pengembangan yaitu :
Ø         Wilayah Pengembangan I (Pusat Kota/CBD) yang meliputi seluruh Distrik Jayapura Utara dan sebagian Distrik Jayapura Selatan (sampai batas Kelurahan Entrop). Wilayah ini ditentukan sebagai pusat pemerintahan, perdagangan,/jasa, permukiman, rekreasi, dan hutan kota.
Ø         Wilayah Pengembangan II yang meliputi Kelurahan Vim/Kotaraja dan sebagian Distrik Abepura (Kelurahan Waena dan Asano). Wilayah pengembangan ini difungsikan ini difungsikan sebagai pusat pendidikan dan permukiman.
Ø         Wilayah Pengembangan III yang meliputi Distrik Abepura (Desa Nafri, seluruh Koya dan Holtekamp sampai batas desa Skou). Wilayah pengembangan ini diarahkan untuk menampung kegiatan pertanian tanaman pangan, peternakan, rekreasi dan permukiman.
Ø         Wilayah Pengembangan IV yang meliputi Distrik Muara Tami (seluruh desa Skou). Wilayah pengembangan ini diarahkan untuk pengembangan industri, peternakan, dan permukiman.

9.  Skenario Pengembangan Kawasan Perumahan dan Permukiman
Pada umumnya kawasan perumahan dan permukiman di suatu kota sangat dominan dalam pengguna lahan. Penggunaan lahan ini berkisar antara 40 – 60 persen dari luas lahan seluruhnya. Pertumbuhan kawasan ini (KPP) dalam rencana yang telah disusun dikembangkan ke arah lahan kosong yang sampai saat ini masih berupa sawah atau tanah basah.
Pertumbuhan KPP dilaksanakan secara intensif dan ekstensif. Pola intensif merupakan pola peningkatan kepadatan wilayah hunian yang telah ada. Sedangkan pola ekstensif merupakan pemekaran kawsan yang biasanya dikembangkan oleh pengusaha (pengembang). Kedua pola ini akan menyebabkan rumah-rumah menjadi bersambung antara wilayah yang satu dengan wilayah lainya.
Pola intensif menyebar ke seluruh kota dimana lahan-lahan yang merupakan tanah pekarangan / kebun rumah dibangun untuk permukiman.
Pengembangan kawasan perumahan dan permukiman ini berkaitan erat dengan jumlah penduduk dan kepadatan di kawasan tersebut. Kebijakan kependudukan Kota Jayapura berdasarkan RTRW Kota Jayapura tahun 2006 adalah sebagai berikut :
1.        Membatasi pertumbuhan penduduk Distrik Jayapura Utara, karena kepadatan penduduknya mendekati maksimal di kawasan pusat kota pada akhir tahun rencana.
2.       Distrik Abepura dapat menampung perkembangan penduduk yang relatif besar, berdasarkan hasil perhitungan proyeksi jumlah dan kepadatan penduduk.
3.       Dengan pertimbangan sifat kota yang merupakan campuran antara kota dan desa serta hasil analisis kepadatan penduduk, maka kepadatan penduduk optimum di Kota Jayapura adalah adalah sebagai berikut :
1)        Kelas Kepadatan I       maksimum 125 jiwa/ha, untuk kawasan pusat kota
2)       Kelas Kepadatan II      76 – 100 jiwa/ha kawasan sub pusat kota
3)       Kelas Kepadatan III     51 – 75 jiwa/ha, untuk kawasan pusat lingkungan
4)       Kelas Kepadatan IV     51 jiwa/ha, untuk kawasan transisi dan atau suburban

Umumnya pengembangan kawasan industri yang telah ada tidak dapat dikembangkan secara eksentif.  Hal ini terkait dengan harga tanah yang sangat mahal untuk dibangun pabrik-pabrik baru. Untuk pengembangan kawasan industri perlu didukung infrastruktur yang memadai seperti jalan, terminal, serta pengembangan utilitas seperti air minum, sanitasi, listrik dan telepon. Kawasan industri yang akan dikembangkan berlokasi di kawasan timur kota Jayapura, yaitu di wilayah Holtekam, Koya dan Muara Tami, yang antara lain berupa pertanian, peternakan sapi dan tambak ikan.
Secara keseluruhan kawasan perdagangan yang ada di kota jayapura belum tertangani dengan baik. Sarana dan prasarana perdagangan yang ada berupa pasar tradisional yang dalam pengelolaan dan penangannya masih bersifat tradisional, dimana pasar tradisional identik dengan kawasan perdagangan yang kumuh, becek, sampah berserakan, dan tidak dikelola secara profesional.
Kota Jayapura telah memiliki 4 (empat) pasar tradisional yaitu Pasar Abe, Pasar Entop, Pasar Hamadi dan Pasar Inpres Dok IX.

C.     Alasan Pemilihan Judul

Pada kesempatan ini penulis memilih judul Skripsi Perencanaan Pembangunan Pasar Tradisional Modern.

Pasar merupakan pertemuan dari beberapa aktivitas, yang secara interaktir membentuk suatu kegiatan perdagangan yang saling membutuhkan. Pasar tradisional merupakan pertemuan antara penjual (suplay) dan pedagang, serta pertemuan antara pedagang dan pembeli. Kegiatan perdagangan dapat berupa tukar menukar barang dengan barang (barter) dan juga dapat berbentuk transaksi pembelian dengan uang.

Berdasarkan kondisi fisik di lapangan, seluruh pasar yang ada di Kota Jayapura masih di lakukan secara tradisional, dikelola secara tradisional dan wadah yang berupa prasarana dan sarana penununjang lainnya juga sebatas memenuhi kebutuhan aktivitas yang dilakukan secara tradisional.

Bila ditinjau dari segi bahasa, maka kata tradisional jelas bertolak belakang dengan modern. Dalam judul yang kami ajukan berupa PASAR TRADISIONAL MODRN, merupakan penggabungan antara kegiatan yang bersifat tradisional dengan wadah (bangunan) yang bersifat Modern. Di era belakangan ini, orang-orang kalangan menengah keatas cenderung beralih gaya hidup dari berbelanja di pasar dan mulai bergeser berbelanja di Pasar Modern (Mall), yang menyediakan fasilitas dan barang yang tidak kalah lengkapnya dengan barang-barang yang ada di pasar bahkan mutu dan kualitasnya lebih terjamin.

Adalah suatu kebanggaan tersendiri apabila kami dapat memberikan sumbang pemikiran untuk meningkatkan pola pelayanan, pola pengelolaan pasar tradisional, yang aktivitasnya masih dilakukan secara tradisional akan tetapi dikemas dalam wadah yang modern sehingga memberikan kenyamanan tersendiri baik bagi para pedagang maupun pembelinya.


D.    Tujuan

Tujuan dari Perencanaan Pembangunan PASAR TRADISIONAL MODERN adalah untuk menghilangkan kesan bahwa pasar tradisional itu becek, kumuh, bau, semraut, dan tidak dikelola secara professional.


E.     Sasaran

Sasaran yang hendak dicapai dalam Perencanaan Pembangunan PASAR TRADISIONAL MODERN adalah mewujudkan suatu Pasar Tradisional yang dapat memberikan kenyamanan, keleluasaan, kemudahan pencapaian, kelancaran arus sirkulasi orang dan barang baik secara vertical maupun horizontal.


F.     Lingkup Pembahasan

Pembahasan Perencanaan Pembangunan PASAR TRADISIONAL MODRN dibatasi pada penentuan lokasi, perhitungan kebutuhan ruang, pola sirkulasi, utilitas, dan cakupan pelayanan pasar skala kota jayapura, dengan jumlah maksimum 1000 pedangan.


G.     Sistematika Pembahasan

Untuk mewujudkan perencanaan pembangunan PASAR TRADISIONAL MODRN yang matang, maka dalam tahap penulisan ini akan dibahas mulai dari pengumpulan data, analisa, sampai mendapatkan kesimpulan terbaik untuk mendukung kegiatan perencanaan dan Perencangan. Dalam penulisan skripsi ni sistematika pembahasan akan dibuat dalam 6 Tahapan, antara lain :


Bab. I  :   PENDAHULUAN
Memberikan gambaran tentang Latar belakang, Tujuan, sasaran, dan alas an pemilihan judul Perencanaan Pembangunan PASAR TRADISIONAL MODERN.

Bab. II :   GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN
Memberikan Gambaran tentang luas wilayah kota Jayapura, jumlah dan pertumbuhan penduduk kota Jayapura, fasilitas perdagangan yang ada di kota Jayapura serta kebijakan Pemerintah Kota Jayapura berkaitan dengan penyediaan Prasarana dan Sarana Pasar serta system pengelolaanya.


Bab. III   :     ANALISIS PEMILIHAN LOKASI
Memberikan gambaran tentang pertimbangan pemilihan lokasi pembangunan Pasar Tradisional Modern berdasarkan cakupan pelayanan dan cakupan wilayah.

Bab. IV :   ANALISIS KEBUTUHAN RUANG DAN POLA SIRKULASI
Memberikan gambaran tentang besaran ruang untuk kegiatan Los pasar, menganalisis kebutuhan ruangan untuk Kios, Pengelompokan barang dagangan, dan sirkulasi baik orang maupun barang secara vertikal dan horizontal

Bab. V  :   KONSEP ARSITEKTUR BANGUNAN PASAR
Memberikan gambaran mengenai bentuk bangunan, pengolahan tapak dan implementasi jumlah/kebutuhan ruang terhadap luas lahan yang tersedia.

Bab. VI :   KONSEP UTILITAS BANGUNAN PASAR.
Pasar merupakan bangunan Publik, maka perlu dipikirkan terhadap faktor keselamatan, terutama berkaitan dengan bahaya kebakaran.